No: YD/1/xii/2017

Jakarta, 7 Desember 2017

Kepada yth

Orang tua murid

KB, TK, SD Tetum Bunaya

Di tempat

Salam

Pada hari Kamis 30 November 2017 telah terjadi insiden ikan tuna yang berdampak pada kesehatan sebagian siswa di Sekolah Tetum Bunaya. Sehubungan dengan musibah itu, kami menghimpun data dan membuat pernyataan di bawah ini.

I. Pendahuluan

Program Makan Bersama (PMB) merupakan aktivitas pendidikan yang ditujukan untuk pembentukan karakter dan fisik. Dalam pembentukan karakter siswa belajar mengantre, sikap tertib, mensyukuri makan, menata meja, tatakrama makan, dan merapikan alat makan. Dalam pembentukan fisik, siswa mengenal variasi makanan dan asupan makanan yang sehat dan bergizi. Dengan adanya PMB, Sekolah Tetum Bunaya dapat mengganti kehadiran kantin dengan kegiatan makan yang lebih arif dan bersih.

Program Makan Bersama dilakukan sejak tahun 2008, ketika Sekolah Tetum Bunaya masih bernama Sekolah Tetum, dan terdiri dari Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Ketika gagasan itu digulirkan dalam rapat orang tua murid. Anggota rapat setuju, namun tidak ada yang bersedia untuk memasakkan sekalipun bergantian, kecuali dua orang tua murid. Kedua ibu tersebut memasak secara bergantian, dan akhirnya hanya satu yang terus menyekolahkan di Tetum, dan menjadi penyelia hidangan PMB secara tetap.  Dengan latar belakang pendidikan boga Ibu Chusnul mempunyai kapabilitas mengelola katering sekolah dalam hal komposisi menu, pemilihan bahan makan, pengolahan dan ketepatan waktu pengantaran.

II. Insiden Ikan Tuna

Dalam insiden ikan tuna yang berdampak pada kesehatan sebagian siswa, kami menghimpun data sebagai berikut.

A. Menu

Hidangan untuk hari Kamis 30 November 2017 adalah nasi, naget tuna, bayam dan kerupuk. Hidangan ini tercantum dalam menu bulan November, dan dirancang sejak sebulan sebelumnya. Semua masakan diolah di dapur Bu Inul. Sebelum masakan dikirim, dicicipi terlebih dahulu oleh Bu Inul. Hidangan diantar ke sekolah oleh Kak Erwin. Di dapur Tetum hidangan dibagi-bagi sesuai porsi kelas oleh Bu Win.

B. Detik-Detik Musibah

1. Munculnya gejala:

Menjelang pukul 11.00, sebelum jam pulang sekolah, Kakak-Kakak TK mengamati wajah seorang adik Kelas Langit memerah. Adik itu mengatakan bahwa wajahnya sakit. Kemudian seorang Kakak terlihat memerah juga saat menunggu Adik-Adik dijemput. Saat itu terlihat wajah Adik-Adik satu per satu memerah. Kepada orang tua yang menjemput disampaikan hal itu.

2. Langkah Awal

Langkah awal yang kami lakukan adalah mencegah terjadinya korban lebih lanjut, dan melakukan pencegahan medis.

a. Pencegahan pada Kelas Lain
  1. Kelas Merkurius dan Venus sudah selesai makan saat diberi tahu kemungkinan adanya alergi (pukul 11.30).
  2. Kelas Bumi Samudra sudah mengambil lauk tuna di piring dan dibujuk untuk mengembalikan naget (pukul 11.30). Tidak ada adik yang makan ikan saat itu.
  3. Kelas Mars Gurun berhasil dicegah karena belum memulai kegiatan makan, namun Mars Lembah sudah melakukan kegiatan makan, dan naget sudah dimakan.
  4. Kelas Yupiter dan Saturnus berhasil dicegah karena jam makan mereka cukup siang (pukul 12.00)
b. Penanganan Medis

Kami menghubungi dr. Dorlina, Kepala Puskesmas Keliling Cipedak, begitu tahu ada insiden itu. Dokter Dorlina meminta agar anak-anak yang diduga menjadi korban keracunan tuna segera dibawa ke Puskesmas, Jalan Batu. Kami pun mengirim info via WAG apabila ada yang diduga terkena dampak ikan tuna agar segera dibawa ke Puskesmas Batu. Kami sampaikan juga bahwa pengobatan dan biaya transportasi ke Puskesmas ditanggung sekolah, dan Kakak-Kakak menunggu di Puskesmas hingga pukul 16.00.

c. Komunikasi dengan Orang tua Murid

Informasi dari orang tua murid membantu penanganan berjalan lebih baik. Pada awal munculnya gejala, beberapa orang tua TK datang ke sekolah mengabarkan adanya gejala wajah memerah pada sebagian anak. Komunikasi dengan WA Group Kelas dan WA Group  Ketumbar (Keluarga Tetum Bunaya Akrab Ramah – nama Komite SD Tetum Bunaya) terus dilangsungkan untuk mengabarkan kondisi terakhir.

d. Kerja Sama dengan Penyelia (Bu Inul)

Begitu mendapat kabar tentang adanya kondisi pada beberapa anak, Bu Inul datang ke sekolah. Bu Inul ikut berkeliling ke kelas-kelas di Sekolah Dasar, mencegah tersantapnya tuna naget. Bu Inul juga menjemput dan mengantarkan anak yang perlu dibawa ke puskesmas.

3. Data

Data mengenai siswa dan guru yang kesehatannya terganggu dan penanganan adalah sebagai berikut.

a. Jumlah
i. Kelompok Bermain:
  • Darat: 2 orang
  • Laut: 0
ii. Taman Kanak-Kanak:
  • Langit: 5 orang
  • Antariksa: 5 orang
ii. Sekolah Dasar:
  • Merkurius Jingga: 0
  • Merkurius Abu-Abu: 0
  • Venus Nova: 2 orang
  • Venus Farra: 2 orang
  • Mars Gurun: 0
  • Mars Lembah: 3 orang
  • Yupiter: 0
  • Saturnus: 0

b. Penanganan:

  • Di rumah: 7
  • Rumah Sakit lain: 2
  • Di Puskesmas Jl Batu: 6 orang guru + 3 guru
  • Catatan: Pada saat penanganan disampaikan bahwa pengobatan dan biaya transportasi ke Puskesmas ditanggung sekolah. Kakak-Kakak menunggu di Puskesmas hingga pukul 16.00.

4. Pasca kritis

Menurut dokter Puskesmas, batas kritis adalah pukul 18.00 di hari itu. Pantauan hingga pukul 18.00 menunjukkan kondisi yang membaik pada adik-adik.

5. Pendalaman kasus pada Bu Inul

Kami melakukan pendalaman kasus pada Bu Inul, dan diperoleh data sebagai berikut.

a. Penyelia ikan tuna

Ikan tuna dibeli dari langganan Bu Inul yang bertempat di Muara Karang. Ikan diantar pada tanggal 24 November dalam keadaan dibungkus plastik vakum dan tertutup terpal. Perjalanan mencapai 2 jam dari Muara Karang ke Cipedak. Di dapur Bu Inul ikan masuk freezer dengan titik beku 0 derajat Celcius.

b. Pengolahan

i. Pengolahan di H-1
  • Ikan dikeluarkan dalam keadaan beku.
  • Dipotong sedikit, tes di lidah. Tidak menimbulkan rasa gatal, sehingga lanjut ke tahap berikut.
  • Iris tipis (dalam keadaan setengah beku). Lumuri bumbu. Celup dalam kocokan telur dan tepung roti dua kali.
  • Adonan disimpan dalam freezer 0 dercelc.
ii. Hari-H

Pukul 06.00 tuna dikeluarkan dari freezer, disimpan dalam suhu ruang agar pada saat digoreng tidak lagi beku.

c. Dugaan Penyebab Adanya Racun

Kami tidak menyelidiki hingga ke penyelia Muara Karang, karena tujuan kami adalah memperbaiki diri dari kejadian itu. Dugaan sementara dari pihak Bu Inul adalah:

  • Perjalanan dari Muara Karang ke Cipedak yang memakan waktu dua jam.
  • Perubahan suhu saat pengolahan (dari freezer ke suhu ruang).

III. Langkah ke depan

Dengan adanya kasus ini kami melihat bahwa Program Makan Bersama menjadi efektif untuk penelusuran apabila ada suatu kasus dan dengan mudah dapat ditentukan langkah ke depan (dibanding pengadaaan kantin, misalnya). Program Makan Bersama akan kami pertahankan terus sebagai kekhasan Sekolah Tetum Bunaya, dan perlu didukung dengan kerja sama dengan pemangku kepentingan dan sistem yang lebih baik. Langkah yang akan kami lakukan adalah:

  • Melakukan sistem QC (Quality Control) terpadu antara penyelia dan sekolah.
  • Mendata ulang kekhususan adik-adik terhadap asupan makanan. Misalnya, alergi terhadap bahan makanan tertentu.
  • Mengajak Ketumbar dan Korlas seluruh kelas di Sekolah Tetum Bunaya menjadi bagian dari perencanaan, pengawasan dan evaluasi Program Makan Bersama.
  • Membuat sistem Aksi Cepat Tanggap Darurat dibantu seorang konsultan

Pihak Yayasan Dayabunaya dan Ibu Chusnul Chotimah bersimpati terhadap adik-adik yang terkena korban tuna. Kami meminta maaf atas kejadian yang telah mengakibatkan ketidaknyamanan di hari itu. Kami juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan informasi orang tua murid, khususnya Ketumbar. Kami juga mengapresiasi Kakak-Kakak yang cepat tanggap dalam penanggulangan masalah. Kami bertekad akan memberikan pelayanan yang lebih baik di masa datang.

Wassalam

Hudaya

Ketua, Yayasan Dayabunaya