Kami mengundang Ayah/Bunda untuk kembali mengikuti kegiatan Klub Ceri dengan acara yang menyenangkan dan (semoga) inspiratif. Kali ini kita akan bersama-sama Gilang Pratama, pengajar seni musik di SD Tetum Bunaya dan pelatih Suara!Suara! untuk bersama-sama menggali “harta karun” di dalam diri kita, yaitu suara. Setiap orang terlahir untuk bisa bernada, tetapi untuk mendapatkan vokal yang baik kita perlu peka dan menikmari suara yang masuk ke telinga kita, dan tentunya mengenali suara kita.

Demikian tertulis pada surat undangan kegiatan “Finding Your Singing Voice” Klub Ceri yang diadakan hari Jumat, 13 Februari 2015 yang lalu.

Klub Ceri adalah wadah untuk para orang tua murid Sekolah Tetum Bunaya yang sewaktu-waktu berkumpul untuk kegiatan menyenangkan yang bermanfaat. Membaca undangan untuk kegiatan menyanyi, beberapa orangtua ada yang enggan untuk hadir, ada yang bilang “Aku ngomong aja fals, gimana nyanyi?” atau “Aku tidak punya power untuk bisa menyanyi dengan baik”. Akibatnya kegiatan kali ini pesertanya tidak sebanyak biasanya. Sebetulnya, acara ini menyenangkan sekali, tidak perlu kawatir karena tidak suka menyanyi, tidak perlu kawatir terdengar fals, karena seperti yang disebutkan dalam undangan “Tiap orang terlahir untuk bisa bernada”. Berikut ini cerita serunya kegiatan tersebut.

Acara dibuka jam 08.15 oleh kak Endah lalu doa bersama dipimpin kak Lely. Setelah memberi sambutan, kak Endah membuka peti yang sudah disiapkan, bentuknya seperti peti harta karun yang ternyata berisi alat-alat musik perkusi tradisional seperti angklung, marakas, shaker, spring kluwek, juga ada kendang. Masing-masing peserta diminta memilih satu alat dan bercerita tentang pengalamannya dengan musik. Caranya tentu tidak bergiliran begitu saja, para peserta diminta membunyikan alat perkusinya bersama-sama, lalu peserta yang mendapat giliran dipersilahkan bercerita. Selesai bercerita alat perkusi yang dipegang pembicara dimainkan dengan ritme sesukanya, diikuti oleh peserta lain, dan pembicara yang sudah berbagi cerita memandang peserta lain yang mendapat giliran berikutnya. Tanpa latihan sebelumnya, kami semua bisa menirukan ritme dari masing-masing pembicara, dan membuktikan semua orang bisa bermusik!

Dari berbagai cerita yang disampaikan, ternyata peserta kegiatan Klub Ceri kali ini sangat bervariasi pengalamannya dengan musik. Beberapa peserta dari masa kecilnya memang sudah sangat akrab dengan musik, tumbuh dengan mendengar musik baik dari kegemaran orangtua, maupun kakak/adik bahkan dari tetangga. Namun ada juga yang orangtuanya tidak menggemari musik, karena dianggap hiruk pikuk saja, tidak menyenangkan namun peserta tersebut tetap berkeinginan untuk belajar bernyanyi. Kemudian ada yang dari kecil memang kepingin sekali belajar alat musik, namun karena berbagai hal baru dapat mempelajarinya ketika sudah dewasa. Tapi adapula beberapa peserta yang justru ketika kecilnya dipaksa harus belajar alat musik sehingga merasa tidak menikmati kegiatan itu, karena dirasakan sebagai keharusan. Hampir semua peserta senang menikmati musik dengan mendengarkan lagu-lagu sebagai hiburan, namun ada yang menganggap musik sebagai kebutuhan, sehingga kegiatan ‘me-time’ nya harus didampingi buku dan musik. Beberapa peserta menggunakan musik untuk bergembira bersama anak-anaknya, ada pula yang menggunakan musik sebagai isolasi dari lingkungan, agar dapat fokus ketika bekerja.

Tentang kegiatan bernyanyi, umumnya para peserta mengatakan malu untuk bernyanyi didepan umum. Namun beberapa orang memang punya pengalaman bernyanyi ketika kecilnya, bahkan ada yang pernah memenangkan lomba. Ada pula peserta yang suka bernyanyi dan menjadi kesayangan guru musiknya, sehingga selalu diminta menjadi dirigen ketika upacara. Peserta lain ada yang dari kecilnya ingin sekali ikut kegiatan menyanyi namun belum mendapat kesempatan, sampai akhirnya di masa dewasa justru harus bernyanyi setiap hari karena mengajar di taman kanak-kanak. Berbagi pengalaman seperti ini membuat kami yang tadinya deg-deg-an dan malu untuk bernyanyi akhirnya santai, ternyata banyak peserta yang juga minimal pengalaman bernyanyinya, ataupun hanya berani bernyanyi didalam kamar mandi saja 😀

Selesai bertukar cerita, kegiatan dimulai dengan mengenal ritme dan tubuh. Kak Gilang memberi contoh bermusik yang paling mudah: mencipta musik dengan tepuk tangan. Berbagai posisi jari dan telapak tangan dapat menghasilkan suara/bunyi yang berbeda. Contoh: tepuk tangan dengan saling bertemunya telapak tangan akan berbeda bunyinya dengan bertepuk tangan dimana telapak tangan bertemu dengan punggung tangan, lalu tepuk tangan dengan jari-jari merapat akan lain bunyinya dengan jari-jari merenggang. Para peserta lalu dibagi menjadi dua kelompok, tepukan yang dilakukan kelompok pertama berbeda dengan kelompok kedua. Dari kombinasi tepuk tangan dua kelompok itu saja dapat menghasilkan musik yang menyenangkan.

Setelah itu kak Gilang mengajak lakukan pemanasan sebelum bernyanyi dengan olah pernafasan. Semua peserta menarik napas dalam-dalam, ditahan 10 detik, lalu membuang napas perlahan-lahan sambil membunyikan “Hssss”. Ini dilakukan beberapa kali. Lalu kak Gilang mulai memainkan piano, memainkan nada terendah dan tertinggi yang dapat dicapai semua peserta bersama-sama. Setelah mendapat oktaf yang nyaman untuk semua, kami mulai bernyanyi dengan lagu “Pada Hari Minggu” dengan tangga nada dasar yang berubah-ubah, dan cara bernyanyi dari suara biasa, suara pelan sampai keras. Dengan berakhirnya lagu tersebut, selesai sudah pemanasan. Kami sudah mulai makin pede bernyanyi, lalu dibagikan 3 lirik lagu yang akan dipelajari.

Lagu pertama yang dinyanyikan adalah lagu Kala Cinta Menggoda yang dipopulerkan oleh Chrisye. Kak Gilang memainkan piano sesuai dengan range oktaf yang nyaman dan kami menyanyikan lagu tersebut berulang-ulang dengan sedikit variasi pada awal dan tengah lagu. Sepertinya kalau sudah bernyanyi bersama-sama seperti ini, tidak lagi ada yang malu-malu, semua bernyanyi berulang kali dengan semangat sampai dirasa cukup lancar. Lagu berikutnya adalah lagu berbahasa Inggris: September dari group Earth Wind & Fire. Kami semua cukup semangat memulainya, dari lirik awal sampai refrain lumayan lancar dengan berulang-ulang. Kemudian lanjut dengan lagu ke tiga: Cinta Indonesia yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Akhirnya untuk menutup sesi bernyanyi bersama kami menyanyikan sekali lagu lagu Kala Cinta Menggoda dengan sangat lancar.

Selesai menyanyi bersama, kami pun dibebaskan memilih lagu apa saja yang ingin dinyanyikan diiringi kak Gilang. Awalnya semua saling menunjuk, namun akhirnya Ayah Alan memulai dengan menyanyikan Besame Mucho, peserta lain mengikuti sambil membaca lirik dari telepon genggam masing-masing. Setelah itu, berbagai lagu diusulkan, namun Ayah Nala memberi kejutan dengan meneriakkan “I feel good” lagu dari James Brown! Suara yang menggelegar, dengan gaya menyanyi yang profesional, betul-betul membuat kami yang mendengarkan lagu lawas ini jadi tambah semangat dan gembira. Setelah itu kami bersama-sama menyanyikan beberapa lagu daerah seperti Manuk Dadali, Lir Ilir, dan juga beberapa lagu anak yang diambil dari film Petualangan Sherina.

Tanpa terasa waktu pun menunjukkan jam 10.30, beberapa murid sudah selesai sekolah dan menjemput bundanya ke ruang Semut, acarapun ditutup oleh kak Endah, yang menjanjikan akan mengadakan kegiatan seperti ini lagi dibulan depan, tentunya dengan lebih banyak orangtua yang dapat ikut serta.

Ditulis oleh Mama Lukman