Catatan Kak Kiki:
Hari Jumat 14 Oktober 2011 sekolah libur untuk kegiatan Professional Development. Artinya, pada hari itu Kakak-Kakak menghabiskan waktu seharian untuk belajar. Kegiatan yang dipilih adalah Language Workshop di Rumah Montessori, Bumi Serpong Damai.
Di antara kami juga terdapat Ibu Syulli Nurpatria, mami Vino, sebagai wakil dari Tetum Bunaya Parents Club. Kegiatan ini memang menyertakan orang tua murid agar terbangun paradigma yang sama antara sekolah dan orang tua murid dalam pembelajaran membaca dan menulis.
Selama ini di kalangan umum pembelajaran bahasa direduksi menjadi membaca dan menulis, padahal kegiatan membaca dan menulis adalah bagian kecil dari kegiatan berbahasa, dan keterampilan membaca dan menulis sangat dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa secara luas.
Karena itu dalam workshop ini kami membahas bahasa terlebih dahulu. Miss Ivy, trainer dari Rumah Montessori, dalam makalahnya mengutip ucapan Hainstock di buku The Essential Montessori, tentang bahasa. Kata Hainstock, “Language lies at the root of that transformation of the environment that we call civilization…. Language is an instrument of collective thoughts…and grows with human thoughts.” Bahasa terletak pada akar perubahan lingkungan yang kita sebut dengan peradaban. Bahasa adalah instrumen dari pikiran kolektif … dan tumbuh bersama pikiran manusia.
Jadi bahasa bukan sekadar membaca dan menulis, bahasa adalah cara berpikir manusia. Kalau menurut para ahli bahasa, bahasa adalah suatu system suara, kata, pola, dll yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya (kutipan Ms Ivy dari kamus Oxford). Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa merupakan kumpulan kesepakatan sekelompok manusia/masyarakat dalam berkomunikasi. Ini menjawab mengapa wadah untuk minum kita sebut sebagai “gelas”, dan aktivitas memasukkan air ke dalam mulut kita sebut sebagai “minum”. Itu adalah kesepakatan masyarakat pemakai bahasa.
Saya jadi ingat, di kelas kami memakai control cards dan activity cards berisi gambar dan tulisan di bawahnya. Misalnya, gambar sendok dan tulisan “sendok” di bawahnya. Secara tak langsung, kami mengajarkan konvensi bahasa masyarakat kepada anak-anak.
Mengapa kita berbahasa? Ayam juga berbahasa kan, dengan suara petoknya? Ya, mereka berkomunikasi, tapi tidak berbahasa. Bahasa adalah cara berkomunikasi yang hanya dimiliki manusia. Di dalam otak manusia terdapat bagian yang mengatur bahasa, sementara di bagian otak hewan tidak ada.
Bahasa manusia tumbuh bersama perkembangan fisiknya. Ketika masih bayi kita hanya mengucapkan kata-kata bilabial (kata-kata yang diucapkan dengan mengatupkan bibir, seperti “mama”, “papa”, namun di tahap berikutnya kita bisa menunjuk gelas sambil mengucapkan “minum”. Pada usia 4 tahun kita sudah bisa mengucapkan kalimat lengkap. Di usia berikutnya, bahasa menjadi modal utama untuk dapat berperan dalam lingkungan sosial dan budaya. Wow betul sekali! Di sekolah kami mengajarkan anak-anak untuk meminta maaf, minta izin bila akan ke toilet, dan tunjuk tangan bila akan berbicara di dalam kelompok. Itu adalah pengajaran bahasa dalam lingkungan sosial dan budaya. Wah … jadi besar sekali peran bahasa dalam perkembangan anak
Dalam pelatihan ini diharapkan peserta dapat:
– Mengetahui beberapa faktor penting yang mempengaruhi kesiapan anak untuk belajar membaca.
– Mengetahui pandangan Montessori tentang pengenalan literasi pada anak.
– Mengetahui metode dan peralatan yang digunakan di area ini serta peran penting setiap alat dalam perkembangan anak.
– Dapat mempresentasikan aktivitas di area ini.
Ms Ivy menjelaskan bahwa tujuan area bahasa di kelas berbasis Montessori adalah:
– Membantu mengembangkan kemampuan komunikasi dasar (verbal).
– Persiapan pengembangan keterampilan bahasa lebih lanjut (menulis, membaca).
– Membantu anak berinteraksi dengan lingkungannya.
– Membantu anak menjadi pribadi yang mandiri dan berguna bagi masyarakatnya.
Namun, kata Ms Ivy, yang perlu diingat, membaca dan menulis bukan tujuan akhir dari pembelajaran bahasa. Tujuan pembelajaran bahasa Montessori adalah menanamkan rasa cinta terhadap baca dan tulis supaya nantinya hal tersebut dapat dikembangkan dan berguna bagi masyarakat.
Sebelum sampai pada kegiatan membaca dan menulis, rasa cinta terhadap bahasa perlu dibangun. Jika anak sudah mencintai dan menikmati buku, maka akan muncul keinginan untuk membaca. Tentunya ini dilakukan secara bertahap dan menyenangkan serta terintegrasi dengan area lain. Kegembiraan saat dibacakan sesuatu tentu akan menimbulkan rasa senang dan cinta terhadap buku. Lalu dengan memiliki pengetahuan tentang dunia sekitar dilakukan supaya anak dapat mengerti makna buku yang dibacakan untuknya yang kemudian dapat digunakan dalam upaya menulis. Anak juga dapat mengembangkan kemampuan bahasanya jika ditunjang dengan lingkungan yang kaya bahasa. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak mengajak anak berbicara dan bercerita. Dan tentunya untuk menunjang anak dalam membaca dan menulis yaitu dengan perkembangan indera dan kontrol tubuh yang baik.
Setelah itu, anak akan sadar akan bunyi-bunyi dan bahasa, seperti ia mampu menggunakan bahasa ibunya dengan baik serta tertarik dengan bunyi serta pola bahasa yang merupakan langkah awal membaca dan menulis. Kemudian mereka akan memiliki kemampuan mengaitkan huruf dengan bunyi bahasa dan akhirnya dapat menggunakan huruf untuk mengungkap pikiran.
Proses pembelajaran bahasa memiliki persiapan langsung dan tidak langsung. Persiapan tidak langsung berupa penyusunan alat dari kiri ke kanan, kegiatan menuang dan memindahkan benda dari kiri ke kanan, latihan penggunaan berbagai alat seperti sendok, pipet, pinset untuk melatih keterampilan jari tangan, koordinasi mata dan tangan, memulai kegiatan selalu dari kiri ke kanan, Three Period Lesson, Touch Boards, Sound Boxes, dan Geometric Cabinets.
Untuk persiapan langsung di kelas dengan guru menyediakan waktu yang cukuo untuk bercakap-cakap dengan anak, adanya buku yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan anak, serta penggunaan bahasa yang positif dan sederhana sesuai dengan pemahaman anak. Sedangkan persiapan langsung dari area bahasa dengan kegiatan Sandpaper Alphabets, Eye Spy Games, Nursery Rhythm, Inset for Designs, Alphabets Drawers, Pink, Blue, Green Series, Large Moveable Alphabets, dan Sand Tray.
Setelah selesai menjelaskan mengenai Montessori Language, Ms Ivy mulai mempraktikkan bagaimana menggunakan Inset for Design (Metal Inset). Dia mempresentasikan delapan langkah dalam Inset for Design. Pada setiap presentasi, ada kakak yang mencoba melakukannya.
Ms Ivy memperkenalkan penggunaan Sandpaper Letters, Pink Series English, Pink Series Bahasa Indonesia, memperkenalkan sedikit mengenai permainan Odd Man Out, dan Sequencing. Pada kegiatan Pink Series, setiap kakak dapat merasakan bagaimana mempresentasikan pink series ke anak.
Pelatihan Montessori Language ini tentunya menambah pengetahuan kami, para guru, mengenai cara mengajarkan bahasa dengan cara Montessori. Selain itu, orang tua pun, seperti Mami Vino juga dapat mengetahui bagaimana sebenarnya cara belajar anak ala Montessori. Mudah-mudahan kami dapat terus mengembangkan pengetahuan dengan adanya pelatihan-pelatihan selanjutnya,dan akan lebih menyenangkan lagi bila orang tua yang ikut lebih banyak.