Saat ini isu pendidikan karakter kerap jadi perbincangan. Istilah itu memang ada dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jika memang sudah dilontarkan tahun 2003 kenapa baru sekarang dibicarakan? Yah, sebuah konsep memang tidak mudah diimplementasikan, apalagi kalau bersifat nasional. Seperti diakui Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim saat berkunjung ke Padang Jumat 20 Januari lalu, dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masih terkendala guru yang belum memahami bagaimana mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. “Pertanyaan yang sering mengemuka adalah bagaimana penerapannya dalam bidang studi, padahal tidak akan ada mata pelajaran khusus mengenai hal itu, karena yang lebih ditekankan adalah bagaimana guru memberikan keteladanan kepada siswa,” kata beliau seperti dikutip Kantor Berita Antara.
Di Tetum Bunaya alhamdulillah pendidikan karakter tidak ada masalah, meskipun kami tidak pernah menyebutnya sebagai “pendidikan karakter”. Di kurikulum kami terdapat Latihan Aktivitas Sehari-Hari, yang merupakan adaptasi dari Practical Life Exercises di Metode Montessori.
Bila di tahap Taman Kanak-Kanak anak-anak melakukan kegiatan Latihan Aktivitas Sehari-Hari (LAS) melalui berbagai kegiatan untuk pembentukan dasar (konsentrasi, arah, pengurutan serta koordinasi mata dan tangan), maka program LAS Sekolah Dasar dirancang sesuai dengan minat alami anak terhadap teman sebaya dan dunia sekitarnya. Berbeda dengan anak TK yang melakukan kegiatan karena menikmati proses, anak SD punya tujuan tertentu ketika melakukan kegiatan. Mereka gembira bila punya peran dalam komunitas kecil mereka. Dimulai dari kelas sendiri, dan kemudian lingkungan sekolah. Mereka bangga bila dapat mengembangkan kemampuan menolong orang lain, menengahi konflik, dan menjaga agar aturan kelas tetap dapat ditegakkan. Mereka juga mulai peka terhadap perbedaan, dan mulai mengamati serta memahami perbedaan gaya belajar teman, latar belakang keluarga dan minat. LAS pada kelompok ini terjalin erat dengan tanggung jawab belajar mereka. Di saat minat mereka terhadap akademik meningkat, begitu pula dengan kebutuhan akan kemandirian. Siswa SD Tetum Bunaya diharapkan dapat melangkah menuju pemenuhan itu.
Pembelajaran yang diberikan kepada mereka mencakup:
1) Peduli terhadap diri dan minat belajar. Menunggu giliran bicara dalam kegiatan kelompok, aktif terlibat dalam permainan, memimpin doa dan Brain Gym, membuat rencana kerja, memilih dan mengikuti prosedur tugas, beristirahat ketika perlu, memahami harapan sosial, serta mengetahui kepada siapa meminta bantuan.
2) Menyimpan barang di tempatnya. Setelah bekerja, anak-anak mengembalikan barang ke tempat semula, memasukkan lembar kerja di map portfolio, atau memasukkannya ke dalam tas; membereskan piring makan, mengembalikan kotak makan di tas.
3) Bertanggung jawab pada perawatan sekitar. Berjalan berhati-hati di kelas agar tidak mengganggu pekerjaan teman, menggulung alas makan, menyapu kelas pada akhir pekan, menyimpan kursi di sudut sebelum pulang.
4) Peduli pada komunitas kelas. Membuat kartu ucapan bila ada yang sakit, membahas perilaku teman yang tidak berterima, dan mencari jalan keluar.
5) Bertanggung jawab pada komunitas sekolah. Memasuki ruang kantor dengan pelahan, dan dengan sopan meminta kertas atau barang yang diperlukan. Bila meminjam perlengkapan kelas sebelah, langsung mengembalikan. Pada jadwal belanja ke swalayan, bertanya kepada kakak-kakak kelas lain apakah akan menitip. Secara bergiliran terlibat dalam distribusi Program Makan Bersama.
Insya Allah melalui Program Latihan Aktivitas Sehari-Hari, karakter anak dapat terbentuk dengan positif.