Tanggal 26 Juli 2013 SD Tetum Bunaya mengadakan kegiatan Pesantren Kilat dengan tema Festival Sungai Nil. Kegiatan sekolah pagi hari dialihkan ke sore. Mereka pun datang tidak dengan pakaian seragam, tetapi dengan busana Muslim, atau ala Mesir, bila punya.
Menjelang Ashar mereka berdatangan. Langsung mereka berwudhu dengan tertib, mengambil alat shalat dan duduk di karpet yang sudah digelar di lapangan. Sambil menunggu teman, mereka membaca surat-surat pendek.
Salah satu dari mereka mengumandangkan Azan, dan Iqomah. Lalu Kak Samsul, guru Kelas Merkurius (Kelas 1 SD) memimpin shalat, dan zikir usai shalat.
Ba’da zikir, mereka berkumpul di Amfiteater untuk pembagian kelompok. Setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok, sehingga terdapat enam kelompok. Setiap kelompok dipimpin oleh dua anggota Kelas Mars (Kelas 4 SD), dan dibimbing oleh Kakak dari TK dan Kelompok Bermain. Ya, sore itu Kakak-Kakak TK dan KB pun hadir membantu. Kebetulan Fira (Kelas Mars) dan Kak Gina (guru TK) memakai busana yang mirip, sehingga Kak Wiwik (Kepala Sekolah SD) berkomentar, “Wah dikirain janjian.”
Pukul 15.45 kegiatan Menysuri Sungai Nil pun dimulai. Disebut demikian, karena mereka seolah-olah sedang berjalan-jalan di sepanjang Sungai Nil, yang diwakili dengan pos-pos di dalam kelas.
Ada pos Qiroah untuk mendengarkan alunan suara mengaji Kak Samsul. Oh ya Kak Samsul itu lulusan Universitas Kairo, lho.
Mereka juga belajar kaligrafi bersama Kak Leli dan Kak Yulliza (keduanya dari Sastra Arab UNJ). Kak Leli adalah guru Kelas Bumi (kelas 3 SD), sedangkan Kak Yulliza adalah guru kelas Merkurius (1 SD). Kak Leli dan Kak Yulliza sudah menyiapkan tulisan beraksara Arab yang diambil dari Al-Quran. Tugas peserta kelas Kaligrafi adalah membuat sablon di kertas itu. Mereka mencelupkan sikat gigi ke pewarna, dan menggosok-gosokkan sulu sikat gigi di atas sisir bergigi jarang. Contohnya adalah karya Lukman di bawah ini:
Di pos Shiroh, Kak Jaya (guru Mars – Kelas 4) mendongeng tentang seorang anak dan ayah sedang bepergian membawa keledai. Ketika si anak naik keledai, orang berkomentar, “Kok anaknya naik keledai, dan ayahnya berjalan.” Ketika ayah naik keledai, dan anak berjalan, orang pun berkomentar lagi. Jadi sebaiknya bagaimana? Inti dari cerita itu adalah, “Kalau kita galau, kita kembali kepada Allah yang punya ketetapan sejati.”
Di sore itu anak-anak juga diajak menjelajahi Mesir (tujuannya adalah mengenal awal peradaban manusia, sehingga tidak diceritakan bahwa saat ini di Mesir tengah terjadi pergolakan politik). Mereka melihat video National Geographic tentang Sungai Nil, yang membentang dari utara ke selatan negara Mesir. Diawali dari Alexandria (kota peninggalan Alexander Agung) di utara hingga Abu Simbel di selatan. Di kota-kota itu terdapat piramid-piramid yang mengagumkan. Di akhir sesi, anak-anak diajak mengenal aksara hieroglif, dan diminta menebak tulisan yang dibuat oleh Kak Endah atau Kak Nita.
Acara terakhir adalah pentas di Sungai Nil. Setiap kelas memberikan suguhan pementasan di Amfiteater. Kelas Merkurius dan Venus menyanyi lagu Islami, Kelas Bumi main drama karya sendiri, Kelas Mars menjadi dai cilik dan memeragakan hijab.
Menjelang azan mereka masuk kelas untuk berbuka dengan teh manis, kue dan es buah yang disiapkan oleh Kak Septi dan timnya. Usai berbuka, mereka salat dan menikmati nasi kebuli yang dimasak oleh Bu Ati (pembimbing Iqro).
Selesailah penjelajahan mereka di Sungai Nil.