Catatan Ibu Tri Sapta:
Seminggu menjelang pertemuan, saya menerima undangan pertemuan perkembangan anak di Buku Penghubung anak saya. Jadwalnya tanggal 2 November 2013. Saat itu mungkin di dada saya ada gambar jantung berdetak timbul tenggelam. Ini rapor pertama untuk anak bungsu saya.
Meskipun demikian, saya dengan bersemangat datang ke sekolah. Untunglah ada jadwal yang pas, sehingga saya bisa mengatur kegiatan saya yang lain. Saya datang beberapa menit sebelum jam yang ditentukan.
Ketika saya duduk, saya melihat seorang kakak mengetuk pintu kelas, mengingatkan kakak kelas bahwa waktu pembahasan untuk orang tua yang ada di dalam sudah habis. Adanya time keeper ini membuat saya bisa masuk kelas sesuai jadwal.
Saya disambut oleh Kak Gina dan Kak Dian untuk masuk ruangan. Di dalam Kak Rifda dan Kak Ami, Kepala Sekolah TK, sudah menunggu, dan tersenyum menyapa saya. Di meja mereka ada beberapa map hijau dengan pita Tetum Bunaya di pinggir kiri. Kak Rifda mengambil salah satu map, dan memberikannya kepada saya. Deg. Itu adalah rapor anak saya. Kak Rifda memberikan satu laporan perkembangan anak saya. Saya dipersilakan untuk membacanya terlebih dahulu.
Ada empat poin yang dilaporkan, yaitu aspek bahasa, kognitif, sosial emosi, dan fisik. Semenjak membaca laporan asesmen sebelum anak saya masuk sekolah, hal yang terbersit di benak saya adalah kejelian dalam mengamati perkembangan anak.
Ya, untuk membesarkan anak agar tumbuh dengan baik harus ada parameter yang jelas. Bukan sekadar membaca, menulis dan berhitung, tapi faktor-faktor di balik itu. Terus terang, saya belum pernah mengamati anak saya dengan cara demikian.
Dalam pertemuan itu ada hal yang menggembirakan saya. Anak saya dapat bercerita di depan teman-temannya mengenai display liburan dibawanya. Display itu kami buat bersama di rumah, dan ternyata dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak saya untuk bercerita di kelas.
Pada kegiatan pra-menulis, anak saya sudah belajar menarik garis dari kiri ke kanan, atas ke bawah, serta membuat bentuk lingkaran dan segitiga. Menurut Kak Ami, setiap hari anak-anak ketika mengisi absensi dengan berlatih menggambar berbagai bentuk.
Pada bagian belakang ada catatan perkembangan per tema. Pada Juli, temanya adalah Sekolah, subtemanya Kakak, Kelas, dan teman. Anak saya pada awalnya kurang berinteraksi dengan kakak dan teman. Akhir-akhir ini perkembangannya sudah bagus. Ia sudah tidak berteman dengan satu anak dan tidak menjadi pengekor, karena diharapkan setiap anak menjadi dirinya sendiri, dan pada akhirnya nanti ia mampu mengembangkan potensinya.
Tema Agustus, masih Sekolah dan subtema Mengenang Liburan. Di minggu pertama anak saya membuat kolase ketupat, melukis dengan kelereng, menyanyi Aku Anak Indonesia, dan salat berjamaah (alhamdulillah di Sekolah Tetum Bunaya untuk anak-anak beragama Islam diberikan kesempatan untuk salat Dhuha, kemudian tiap pagi belajar doa-doa dan membaca Iqra). Ia juga membawa buklet liburan lebaran dan dengan percaya diri menceritakannya di depan teman-teman.
September mempunyai subtema adalah Lingkungan Sekolah, Sport Day dan Tata Tertib Sekolah. Ia diajari membawa peralatan makan dan ia melakukannya dengan tenang, mengikuti senam, dan berjalan di papan titian. Pada minggu kedua ada Pekan Olah Raga, setiap anak mendapatkan medali atas keikutsertaan mereka. Saya jadi ingat ketika anak saya menunjukkan medalinya.
Masih pada minggu ke dua anak saya belajar lagu The Wheel on The Bus dan Head and Shoulder. Lirik lagunya disematkan di buku penghubung dan orang tua bisa mendapatkan lagu tersebut dengan mengirim email kosong. Jadi tak hanya di sekolah saja anak belajar di rumah pun diharapkan demikian pula. Bila ingin anak berkembang lebih baik tentu perlu ada usaha yang dilakukan orang tua, bukan?.
Masih banyak lagi yang dipelajari anak saya. Terima kasih Kakak-kakak telah membimbing anak saya.
Oh ya saya bertanya bagaimana tentang belajar membaca. Tetum Bunaya menggunakan metode sensori (wah saya mesti belajar lagi nih). Hal yang penting jangan memaksa namun memberikan stimulan: bila sedang berjalan-jalan ada tulisan diajak membaca, di supermarket ajak anak mencari barang yang dibutuhkan dengan melihat catatan belanja dan papan barang, banyak dibacakan buku cerita.