Pada saat ingin membahas materi metamorfosis, kebetulan di kolam depan sekolah sedang banyak kecebong. Saya ajak adik-adik melihat kecebong tersebut dan melakukan tanya jawab. Ternyata sebagian besar adik-adik sudah mengetahui bahwa kecebong nantinya akan menjadi kodok/katak. Namun untuk tahapannya mereka belum mengetahui. Mereka dengan antusias mengambil kecebong dengan jaring penangkap ikan dan memindahkan kedalam wadah. Mereka menemukan beberapa kecebong yang terlihat berbeda. Saat saya lihat, ternyata kecebong yang berbeda itu sudah berubah tahapan metamorfosisnya menjadi kodok/katak berekor, sudah terlihat kaki-kaki pada kecebong tersebut. Mereka terlihat antusias dan ingin melihat metamorfosis kecebong yang mereka ambil dari hari-ke-hari.
Wadah berisi kecebong tersebut mereka simpan di tempat yang menurut mereka aman. Namun saya menyarankan untuk tidak membawanya ke dalam kelas.
Satu minggu berlalu, saatnya melanjutkan materi metamorfosis. Adik-adik tampak sedih karena ternyata banyak kecebong yang mati. Saya coba berdiskusi dengan adik-adik, kira-kira apa penyebabnya sampai banyak kecebongnya mati. Ada yang menjawab “Waahnya kecil, kecebongnya kebanyakan”. Ada yang menjawab “Kecebongnya tidak dapat makanan barangkali kak”, dan “Airnya tidak pernah kita ganti”. Ternyata mereka dapat menganalisa juga.
Saatnya melanjutkan materi. Kami mulai berdiskusi kembali mengenai fase-fase metamorfosis pada katak. Di dalam kolam mereka sudah melihat 3 fase yaitu telur, kecebong/berudu, dan katak berekor. Mereka pun ternyata sudah menggali informasi mengenai fase berikutnya, “Selanjutnya jadi katak Kak, tapi masih kecil”. Lalu ada yang berkomentar “Kok bentuknya berubah-ubah terus ya Kak, tadinya kan kecebong di air, terus pas jadi katak jadi di darat”.
Begitulah proses pembelajaran IPA, kita dapat melihat contohnya di sekeliling kita. Dengan proses melihat mahluk hidup secara langsung, mencari sumber lain (buku/artikel) dan melalui proses diskusi kelas kita dapat menyimpulkan suatu materi.
Ditulis oleh Kak Winni