Sabtu 29 Oktover 2016 saya mendapat tugas mengikuti Festival Desa yang diselenggarakan oleh Kehati (Indonesian Biodiversity Consevation Trust Fund) di Bumi Perkemahan Ragunan. Festival itu bertema “Memperkenalkan Pola Makan Sehat Sejak Dini” dengan fokus pada konsumsi pangan lokal.
Saya hadir bersama Bu Inul, mitra Tetum Bunaya untuk Program Makan Bersama.
Dalam festival itu kami mengikuti workshop untuk mengenal berbagai macam makanan yang terbuat dari sorgum. Sorgum adalah tanaman serealia yang bulirnya dapat diolah menjadi pangan (hidangan untuk dikonsumsi), pakan (makanan hewan) dan industri (diolah menjadi pemanis buatan, misalnya). Untuk kebutuhan pangan, sorgum dapat diolah menjadi makanan bentuk kering (kue kering atau mi) dan bentuk basah (brownis dan bolu). Kami pun mencicipi … Hmm rasanya seperti kue dari tepung beras.
Saat menikmati sorgum, saya teringat pada siswa autis di sekolah. Menurut pemateri, sorgum tidak mengandung gluten sehingga baik dikonsumsi oleh anak-anak autis.
Di akhir workshop kami makan siang dengan menu: Nasi sorgum, terancam sayur dan bunga, bacem tempe koro, tahu kedelai hitam dan emping garut. Hmm … nikmat.
Sebagai kenang-kenangan saya dan Bu Inul berfoto bersama pemateri workshop itu, yaitu Bu Rina Kusuma, mitra Kehati yang sebelumnya pernah menjadi Education and Outreach Officer lembaga itu, dan kini menjadi kandidat MA di Brunel University London, dengan peminatan Children, Youth and International Development.
Subhanallah bertemu orang pintar, dan institusi yang mencerdaskan!
Ditulis oleh Bu Tisna (Tisnaita – Koordinator Program Makan Bersama Sekolah Tetum Bunaya)