Hari Sabtu 5 November 2016 saya ke Museum Nasional untuk menghadiri Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016. Di sana saya bergabung bersama dua guru lain dari Tetum, yaitu Kak Endah dan Kak Wiwik. Kami mengambil workshop yang diberikan oleh Sheila Wee, pendongeng dari Singapura.
Tema kelas itu adalah Storyteller – Story Creator. Di kelas itu Sheila menunjukkan cara cepat menciptakan dongeng. Menurut Sheila, kita dapat menciptakan cerita baru dari audiens. Pengembangannya bukan dari plot atau struktur cerita (ini hal yang salah yang biasa dilakukan orang).
Sheila menunjukkan contoh-contoh mendongeng dengan melibatkan penonton. Misalnya dengan teknik fill in the blank. Contohnya adalah pendongeng menyebutkan,
“Ada seorang anak bernama …. (pendongeng mendekati penonton untuk menyebutkan nama)”.
“Dia tinggal di …. (pendongeng meminta anak menyebutkan)”, dan seterusnya.
Suatu cerita anak dapat berakhir bahagia atau sedih. Akan tetapi sebaiknya berakhir dengan harapan karena tidak semua anak berasal dari keluarga bahagia. Anak yang berasal dari keluarga rapuh bisa jadi akan terluka mendengar cerita yang berakhir dengan kesedihan.
Kami juga berlatih membuat cerita dengan origami sobekan. Sheila menyobek kertas dan meminta kami menyebutkan tokohnya. Seorang peserta menyebutkan “kucing” dan saya “gajah”. Sheila pun mengembangkan kedua tokoh itu menjadi cerita. Robekan kertas itu bisa juga berasal dari audiens. Bagian ini yang jadi bahan pertanyaan saya, karena tidak dapat diterapkan pada usia 2-3 tahun. Anak di usia itu belum dapat merobek. Menurut Sheila, tidak perlu anak diminta merobek, tapi diminta langsung menyebutkan benda/hewan/sosok yang mereka kenal.
Karena bertanya, saya mendapat hadiah buku dari sponsor. Karya Tere Liye berjudul Amalia. Setelah saya baca, saya akan sumbangkan ke perpustakaan sekolah. Di acara Festival Dongeng Internasional Indonesia itu ada bazaar, dan saya membeli puzzle dan puppet untuk Adik-adik Kelompok Bermain.
Bertemu pendongeng internasional adalah pengalaman menarik yang menambah wawasan saya.
Ditulis oleh: Kak Aas (Asenih Arsyad – Kepala Sekolah Kelompok Bermain)