Catatan Kak Dewi, guru Kelas Langit:

Pada hari Rabu tanggal 3 November 2011, pukul 7.30 adik-adik Kelas Langit saya ajak masuk kelas. Setelah saya persilakan minum air putih, mereka melakukan gerakan Brain Gym, dan melakukan aktivitas kalender,  di dalam lingkaran.

Pukul 08.00 mereka mengikuti rutinitas di hari Rabu, yaitu senam, yang dilanjutkan dengan bermain basket.

Ketika kembali ke kelas, dan duduk di lingkaran lagi, mereka saya ceritakan bahwa hari Minggu adalah hari raya Idul Adha atau hari raya Qurban. Artinya di hari itu kita mengurbankan hewan-hewan sapi, kerbau, domba, kambing atau unta.

Saya memberi tahu bahwa kita akan membeli hewan kurban bersama. Kata mereka, “Horee!”

Pukul 09.30, Rayyan dan Izza, pemimpin Kelas Langit di minggu itu memanggil teman-teman mereka satu per satu untuk memakai sepatu, mengambil minum, dan berbaris.

Sebelum berangkat, adik-adik saya ajak berdoa terlebih dahulu.

Di dampingi Pak Iis dan Kak Ria, kami berjalan meninggalkan sekolah. Adik-adik bergandengan tangan berdua-dua, berbaris, dan berjalan di kiri jalan. Baris terdepan adalah Vino dan Izza, mengikuti Pak Iis sebagai penunjuk jalan.

Cuaca lumayan terik, namun adik-adik berjalan dengan semangat. Ini pengalaman baru bagi adik-adik untuk berjalan di luar lingkungan sekolah. Mereka menapaki jalan berliku, melewati kali kecil, jalan setapak, dan perumahan penduduk, menju Jalan Timbul III. Karena jalan yang dilewati naik turun, Kak Ria mengajak mereka bernyanyi, “Naik naik ke puncak gunung ….”

Horee akhirnya sampai juga. Waw, adik-adik melihat banyak sekali hewan yang dijual: ada kambing, domba dan sapi.

Ternyata Pak Muchtar, penjaga malam sekolah, ada di sana juga. Kebetulan rumah Pak Muchtar di dekat tempat penjualan itu.

Adik-adik pun saya ajak berkenalan dengan Pak Wawan, penjual ternak. Adik-adik bersemangat untuk berkenalan. Mas Ken pun berkata, “”Namaku Mas Ken, Pak!”

Kemudian Kak Ria mengajak adik-adik untuk mulai bertanya kepada Pak Wawan. “Kambingnya tidur di mana, Pak?” tanya Kak Ria.

Pak Wawan menjawab, “Di sini. Kalau Pak Wawan jaga di situ.” Pak Wawan menunjuk pondok di pinggir jalan.

“Makanannya apa?” tanya salah seorang adik.

“Rumput,” jawab Pak Wawan.

“Harganya berapa yang ini?” tanya Rayyan.

“Satu juta tiga ratus ribu rupiah,” kata Pak Wawan.

“Wah mahaaaal!” teriak adik-adik bersama-sama.

“Tiga ratus ribu aja,” kata Rayyan, menawar.

“Ya,” kata Ken. “Empat ratus ribu aja.”

Pak Wawan hanya tersenyum. “Ya deh satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah aja.”

“Ayo, adik-adik pilih kambing, yuk.”

Adik-adik pun mulai memilih.

Kelas Langit Bulan, memilih kambing berwarna cokelat, sedangkan Langit Bintang berwarna putih.

Mereka pulang ke sekolah sambil menggiring dua ekor kambing, dengan dibantu Pak Iis. Ada yang bergantian menuntun, ada yang bersama-sama memegang tali.

Sampai di sekolah, Pak Iis mengikat tali kambing di bawah pohon bambu. Adik-adik sibuk memberi kambing. Kebetulan di halaman ada domba Kakak Antariksa, sehingga mereka dapat membedakan antara kambing dan domba.

Adik-adik sampai saya ingatkan untuk kembali ke kelas. “Maaf ya adik-adik. Silakan kembali ke kelas. Sudah waktunya makan bersama.”

“Yaaa, Kak.”

Tapi mereka menurut juga, sekalipun tetap menawar, “Besok kita kasih makan lagi, ya.”

“Boleh,” jawab saya.

Mereka pun makan dan melakukan aktivitas menjelang pulang.

Pada saat pulang sekolah, Amel dan Rayyan terlihat masih ingin bermain bersama kambing.

“Mau dibawa pulang,” kata mereka.

“Wah, kalau dibawa pulang, nanti kambingnya sedih karena tidak punya teman. Jadi disimpan di sekolah saja, ya. Di sini banyak teman, jadi mereka tenang,” kata saya.

Kambing tidak jadi dibawa pulang, tapi mereka serahkan bersama-sama ke Masjid At-Taubah di dekat sekolah. Amel dan Rayyan melakukan penyerahan kepada pengurus masjid, sementara yang lain menyaksikan.

Sampai jumpa di hari Idul Adha!