Di hari Rabu 15 Juni 2016, Sekolah Tetum Bunaya mengadakan pelatihan menulis untuk anak yang tinggal di lingkungan sekolah. Untuk pelatihan kali ini dipilih remaja berusia 10-12 tahun, baik laki maupun perempuan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
- Mengasah keterampilan menulis.
- Meningkatkan rasa percaya diri pada remaja yang tinggal di perkampungan belakang sekolah.
- Menambah kerukunan warga yang mempunyai latar belakang sosial berbeda.
Ada 20 anak yang mengembalikan formulir. Sebagian besar berasal dari perkampungan padat di belakang sekolah dengan pekerjaan orang tua sebagai buruh, sebagian kecil dari kompleks perumahan di sekitar sekolah, dengan pekerjaan orang tua sebagai wiraswastawan. Dua latar belakang ini sesuai dengan tujuan no 3 di atas.
Saat berkumandang adzan Ashar, lima anak laki-laki datang dan langsung menuju mushollah untuk melaksanakan shalat berjamaah. Sekitar pukul 16.00 berdatangan peserta yang lain. Mereka semua mengisi absen dan menulis nama pada label untuk ditempel di baju.
Di antara peserta ternyata ada seorang anak berusia tujuh tahun yang ikut kakaknya. Dia pun diminta membantu panitia bersama tiga orang siswa kelas Saturnus, Gina, Thegar dan Nadira. Mereka membagikan pensil, kertas, papan jalan dan buku Sastrunus.
Buku Sastrunus merupakan kumpulan tulisan siswa Kelas Saturnus (Kelas 6 SD Tetum Bunaya). Buku yang dibagikan merupakan donasi Program Buku untuk Sahabat. Dengan memberikan Rp50.o00, berarti seorang donatur memberikan buku untuk seorang “sahabatnya” untuk ikut pelatihan.
Acara dibuka oleh Gina sebagai MC, dan doa dipimpin oleh Nadira. Kemudian Kak Lely, Kepala Sekolah SD Tetum Bunaya, melakukan ice breaker yang merupakan cara unik agar peserta memperkenalkan diri dengan nama nama dan hobi diri sendiri, lalu nama dan hobi teman yang ada di sisi kanannya. Di urutan selanjutnya informasi dengan sendirinya bertambah dengan menyebutkan cita-citanya.
Setelah perkenalan, acara dipandu Kak/Bu Endah, pengajar Bahasa Indonesia di SD Tetum Bunaya dan editor buku Sastrusnus. Mula-mula Kak Endah bertanya apa pendapat mereka tentang buku itu.
“Seru,” kata beberapa peserta.
“Gambarnya bagus,” kata yang lain.
Kemudian Kak Endah meminta mereka membuka halaman terakhir yang berisi foto-foto penulis, dan meminta mereka melihat apakah di sekeliling ada wajah-wajah yang ada di dalam foto. Mereka pun langsung membaca nama “Gina Safia Sekaraissa”, “Nadira Lutfiya”, “M. Thegar Fathantiyo Kinasih” sambil menunjuk orangnya langsung. Hal itu membuat Gina, Dira dan Hegar tersenyum simpul.
Kak Endah bertanya apakah anak-anak itu ingin menjadi penulis cilik seperti anak-anak itu, dan mereka tersenyum malu. Ya, itulah tujuan pertemuan hari itu: belajar menulis.
Kak Endah meminta mereka membuka halaman 42, sebagai contoh salah satu tulisan. Salah satu peserta, Farid, diminta maju dan membacakan cerita tersebut. Gina tersenyum-senyum geli mendengar ceritanya dibacakan. Farid menutup ceritanya dengan membacakan kalimat terakhir cerita itu: Di atas langit masih ada langit, maka selesai cerita tersebut. Kemudian Kak Endah bertanya bagaimana tokoh cerita itu. Ada yang mengatakan, “Sombong.”
“Sebetulnya cerita itu tentang apa?” tanya Kak Endah lagi.
“Perselisihan,” jawab seorang anak.
“Persaingan,” jawab yang lain.
Jawaban terakhir inilah yang ditunggu, dan Kak Endah menjelaskan bahwa cerita itu menarik karena detail dan jujur.
Karena di saat perkenalan tadi sebagian besar mengatakan hobi mereka adalah olahraga , Kak Endah mengajak mereka menulis terkait dengan hobi. Kalau ada yang menyebutkan cita-cita, maka yang ditulis adalah cita-cita.
“Ingat ya, harus detail,” kata Kak Endah. Kepada beberapa anak, Kak Endah bertanya tentang hobi atau cita-citanya, dan bagaimana membuat detail. Misalnya, proses ketika membuat gol, atau bagaimana mencapai cita-cita menjadi desainer.
Setelah mendapat alat tulis dan papan jalan, mereka mulai menulis, dan boleh memilih tempat senyamannya. Kebanyakan menulis di luar kelas atas dengan posisi yang nyaman.
Setelah menulis, mereka kembali ke bukit dan mengumpulkan tulisan. Beberapa anak diminta untuk membacakan.
Kak Endah mengakhiri kegiatan dengan meminta peserta merefleksikan perasaan mereka. Ada yang mengungkapkan “ Seruu”, “ Senang”, “Dapat berkenalan dengan teman baru,” dan lain-lain.
Sambil menunggu waktu berbuka salah satu peserta mengaji surat-surat pendek.
Waktu berbuka pun datang. Kami berdoa bersama lalu menyantap ta’jil berupa teh manis hangat dan biji salak. Setelah itu peserta ada yang shalat di Tetum dan ada yang pulang. Mereka membawa buku sekotak kue, buku Sastrusnus dan tentunya pengalaman yang indah.
Semoga kegiatan hari ini berkah untuk kita semua.
(Ditulis oleh Kak Dewi/Dewi Widya – Foto: Kak Ami, Dewi, Lely)