Tulisan ini dibuat oleh Bapak Ir H Bambang Hudyanto, arsitek yang berperan dalam pembangunan Sekolah Tetum Bunaya. Pandangannya tentang konsep pendidikan Sekolah Tetum Bunaya yang diwujudkannya dalam bangunan Sekolah Tetum Bunaya   dituangkan dalam tulisan berikut ini.

FILOSOFI

Sebagaimana halnya manusia sebagai bagian dari alam, maka lingkungan binaan karya manusia adalah alam kecil yang harus menjadi bagian dan selaras dengan alam besar ciptaan Tuhan.

(Arsitek Soejoedi).

MENGGALI IDE DASAR

Pada awal mendapat kepercayaan untuk berperan merancang bangunan sekolah Tetum (sebelum menjadi Tetum Bunaya), saya harus berusaha mencari tahu apakah Tetum itu? Apa misi, visi dan goal sekolah. Apa yang diajarkan disana, apa tanggapan semua orang (antara lain termasuk murid dan orang tuanya). Selanjutnya mencoba pula melihat secara fisik maupun tersirat dari kegiatan di sekolah lama. Juga tentunya mendengarkan dan mencoba menghayati mimpi-mimpi dari sang pengagas, bagaimana Tetum ke depan.

Tentunya menjadi bagian yang sangat penting adalah, mencoba berkontemplasi juga terhadap lokasi dan lingkungan sekolah yang baru di jalan Timbul. Mencoba mengkhayalkan mimpi-mimpi menjadi kenyataan di lahan baru, dengan memanfaatkan potensi alam di lahan baru.

Bentuk tanah yang tidak persegi dan berkontur. Kondisi tanah yang sebagian bercampur tumpukan sampah.

Area sekolah yang merupakan area dengan peruntukan perumahan yang baru berkembang.

Alam yang masih terbuka, vegetasi berupa perdu dan tanaman rendah (jarang tanaman tinggi, ciri tanah yg kurang subur, atau karena pengaruh timbunan sampah?).

Sengatan panas matahari, arah datang sinar matahari pagi yang dari arah depan tapak, lokasi yang ideal untuk menempatkan jendela di sisi Utara Selatan bangunan.

Dari mana arah angin, seberapa kencang angin berhembus, serta aroma apa yang dibawanya serta.

Kembali ke konsep Tetum, kesimpulan saya tentang cara pandang Tetum (sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar) terhadap pendidikan, ternyata agak “berbeda”. Tetum tidak hanya mengajarkan kemampuan intelektualitas, tidak sekedar bisa calistung, tapi bagaimana meningkatkan potensi alami seorang anak manusia sebagaimana dia diciptakan sang Khaliq. Potensi yang sering kurang diperhatikan lembaga pendidikan lain, bahkan tidak sedikit orang tua yang belum menyadari akan potensi anaknya.

Tetum tidak hanya mencoba menguatkan potensi intelektualitas atau logika, tetapi juga kemampuan motorik, dan emosi (dll, dll).

Perbedaan tersebut saya lihat sebagai daya tarik. Orang tua yang menitipkan anaknya di Tetum yang beralih nama menjadi Tetum Bunaya, akan merasa inilah yang tepat, ini yang pas, tidak salah lagi, “gue banget gitu loh” istilah remaja jakarta sekarang.

Perbedaan ini menjadi penguat “brand image”, sesuatu yang khas dan spesial yang tidak ada di tempat lain.

Kesimpulan tentang Tetum seperti itu harus didukung pula oleh bangunan sekolahnya. Baik dalam mendukung program, teknik pengajaran sampai kepada pencitraan bangunan sesuai ‘brand image’ lembaga pendidikan ini.

KONSEP BANGUNAN

Bangunan atau komponen bangunan harus  bisa mendukung seluruh kegiatan belajar mengajar, bisa mendukung kegiatan pengembangan panca indera siswa, intelektualitas dan logika. Permainan tekstur, warna, bentuk, bau, keteraturan ukuran, grid, pola dst. menjadi sangat penting.

Bangunan dibuat dengan konsep keseimbangan dan kedinamisan, kesederhanaan bentuk dan kekokohan.

Bangunan pendidikan haruslah ada keteraturan (ada disiplin dalam pendidikan) dan keterbukaan.

Bangunan harus mampu menjawab perkembangan dan pertumbuhan. Lembaga pendidikan selalu identik dengan perubahan, perkembangan dan pertumbuhan (baik yang predictable -seperti perkembangan jumlah siswa, maupun unpredictable-seperti perkembangan ilmu pengetahuan).

Bangunan harus berkesan ngayomi (Jawa: melindungi), agar anak-anak merasa nyaman dan aman dalam belajar.

Diharapkan bangunan ini juga ramah lingkungan, hemat enerji, mudah dan murah dalam pemeliharaan, tahan lama baik fisik maupun model arsitektural.

Idealisme tersebut tentunya bukan sesuatu yang mutlak, dalam kenyataannya bisa saja berkembang atau berubah menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

RANCANGAN BANGUNAN

Bangunan dibuat dengan massa bangunan kotak membujur Timur Barat yang memanfaatkan bentuk dan kontur tanah, sehingga di peroleh dua lapis lantai tetapi dari arah depan hanya terlihat satu lantai.

Bangunan berkesan sederhana, mudah dicerna, yang diwujudkan dengan bentuk persegi beratap pelana, bentuk yang sudah lumrah – mudah ditemui dalam keseharian masyarakat Indonesia, tidak asing. Seperti halnya bangunan vernakular khas Indonesia. Diharapkan ada kesan “feel at home”, sehingga ketika masuk halaman sudah timbul kesan nyaman.

Atap teritisan yang proporsional untuk bagian yang berada dalam batas pandangan mata. Seperti teritisan atap teras dibuat tidak terlalu tinggi maksimum 240 cm, masih dalam ukuran skala manusia yang akan menimbulkan kesan terlindungi.

Bangunan dibuat simetris. Simetri yang dinamis, tidak persis banget. Dimaksudkan sebagai keseimbangan yang dinamis. Seperti kesimbangan akal dan budi, keseimbangan nalar dan emosi, keseimbangan iman, rasa, karsa yang pasti memiliki dinamika pula.

Bangunan dibuat dengan keteraturan. Keteraturan grid kolom/ modul, keteraturan ukuran, pola dll. Sesuai dengan keteraturan, kedisiplinan dalam menuntut ilmu.

Bangunan dibuat terbuka, kemudahan kontrol, menyatunya ruang luar dan dalam yang tidak hanya visual.

Bangunan berkesan kokoh, ada rasa aman, terlindungi.  Selain itu, perhitungan konstruksi juga dirancang dengan tepat guna sesuai dengan fungsi bangunan umum/ pendidikan, dengan angka keamanan (safety factor) yang sesuai dengan standar teknis SNI.

Bangunan menerapkan penghematan enerji, cukup cahaya alami, dan penghawaan alami.

Penggunaan 3R (reuse, reduce, recycle) dan menghindari bahan-bahan yang tidak terbarukan juga diupayakan untuk diterapkan. Sebagaimana kaidah bangunan hijau (Green Building), baik yang digunakan selama proses membangun maupun material yang digunakan dalam bangunan. Penggunaan perancah bambu, plat lantai keramik beton, bahan-bahan kayu tidak baru, genteng keramik tanah adalah contoh bahan-bahan yang memenuhi prinsip 3R yang digunakan pada bangunan ini.

Bukaan-bukaan dinding berupa lobang angin, ventilasi, tingkap cahaya dengan ukuran yang proporsional dengan luas ruangan. Ketinggian langit-langit dan posisi lobang angin yang memudahkan pertukaran/ pergerakan udara. Pemilihan penutup atap berupa genteng keramik, tanpa lapisan aluminium foil, memudahkan angin masuk dari celah-celah genteng, tapi cukup aman dari kebocoran karena kemiringan atap yang cukup (30o). Guna mengganti fungsi aluminium foil sebagai isolasi panas, perlu sekali membuat pergerakan udara di ruang atap yaitu ruang antara plafon dan penutup atap.  Sehingga dibuat lobang angin di dinding sopi-sopi untuk memudahkan petukaran udara di ruang atap.  Udara yang mengalir akan menurunkan panas di ruang atap, yang akan berfungsi sebagai bantalan/ isolasi panas dari atas atap ke dalam bangunan, diharapkan ruangan dalam sekolah menjadi cukup sejuk.

Cahaya alami dari sisi Timur-Barat dihindari karena akan menimbulkan efek panas. Cahaya alami didapat dari sinar yang masuk melalui jendela yang menghadap sisi Utara-Selatan, dan diharapkan ruang kelas mendapatkan sinar yang cukup sepanjang tahun dan ruangan tetap sejuk. Jendela ruang bawah, dibuat sedemikian rupa sehingga masih bisa mendapat tambahan cahaya alami dari pantulan sinar matahari dari pelataran masuk melalui jendela ruang bawah. Sehingga akan lebih baik kalau sebagian pelataran (misal foot path/pedestrian) di sisi Selatan dibuat dari material berwarna terang (putih) seperti koral, batu alam atau keramik. Cahaya alami yang cukup, baik yang masuk langsung maupun dari pantulan, akan bermanfaat menerangi ruangan dan mengurangi kelembaban.

Tata ruang dalam dibuat terbuka, guna mendukung fungsi kontrol terhadap siswa, mudah pergerakan, sirkulasi, dan tentunya fungsional. Ada kesinambungan atas bawah, dibentuk dengan adanya “void” / lobang lantai dan penghubung lantai berupa trap tangga yang sesuai dengan ukuran ergonomi anak-anak.

RANCANGAN RUANG LUAR

Fungsi ruang luar :

1. Arena bermain dan belajar di ruang luar

2. Penyejuk lingkungan, paru-paru lingkungan

Fungsi pertama, ruang luar diisi dengan sarana penunjang pendidikan dan bermain seperti play ground, amphi teater, halaman bermain, halaman upacara, prototip sawah, sungai kecil dll. Sarana ini dimaksudkan supaya bisa menampung semua kegiatan ruang luar, tidak sekedar arena bermain tapi juga menjadi bagian dari pengajaran.

Fungsi kedua, ruang luar diisi tanaman yang bersifat fungsi guna : peneduh (tanaman bertajuk lebar, daun besar), penyejuk (dipilih bambu yang bersifat menyerap karbon dioksida, perlu sekali karena dekat lokasi pemulung); berfungsi estetis : tanaman pengarah, penanda, tanaman untuk memperindah, dll. Taman/ lansekap juga sebagai lahan konservasi dalam skala kecil, dengan memilih berbagai tanaman unik dan langka. Semua tanaman harus dipilih yang tidak membahayakan anak-anak, tidak bergetah, beracun, berduri, berdaun tajam, atau yang mengundang binatang berbahaya.

PENERAPAN GAGASAN

Gagasan dan konsep adalah awal suatu proses kreatif yang lazimnya berangkat dengan suatu idealisme.

Bagaimana mempertahankan idealisme seiring waktu berjalannya proses perwujudan gagasan, adalah hal penting yang perlu diupayakan terus menerus. Seringkali idealisme tidak terwujud sempurna bilamana sudah bertemu dengan realita yang terkadang menjadi kendala. Kreatifitas baru dan kearifan diperlukan untuk menyiasati kendala, sehingga gagasan tetap dapat terwujud.

Demikian pula gagasan rancangan bangunan Tetum Bunaya, idealisme gagasan tidaklah mungkin terwujud sepenuhnya. Itupun sangat memerlukan dukungan dan kerjasama semua pihak terkait. Bukan hanya pada saat perancangan dan pelaksanaan pembangunan, tetapi juga pada saat penggunaan bangunan. Keberhasilan mewujudkan gagasan, adalah berkat kerjasama yang baik, dari seluruh “stake holders”, semua yang memiliki kepedulian kepada Tetum Bunaya. Mulai dari pengagas, guru, pekerja bangunan, pengawas, perancang, penjaga sekolah, karyawan, bahkan menjadi bagian yang sangat penting adalah dari siswa dan orang tuanya.

Mudah-mudahan dengan dukungan semua pihak, gagasan dan idealisme Tetum Bunaya untuk menjadi sekolah yang menjadi rujukan masyarakat dalam melahirkan sumber daya yang sehat jasmani dan rohani, dan menghargai sesama akan dapat terwujud dengan adanya bangunan sekolah baru.

Semoga.

Bhs


From Tetum Bunaya by Taqi, posted by Sekolah Tetum on 1/08/2011 (32 items)

Generated by Facebook Photo Fetcher