Catatan Kak Laily (Guru Kelas Antariksa)

Kertas–kertas itu bergantungan menghiasi semua sudut halaman sekolah Tetum Bunaya. Ketika memasuki pintu halaman sekolah, kita sudah disambut dengan pemandangan hasil karya adik-adik kelas antariksa. Jahitan baju kain flanel, gelang, kunciran, dan puisi – puisi.  Semuanya dijejer menurut urutan  bulan.

Pagi itu, Sabtu 15 Oktober 2011, karya  adik-adik ini dapat dilihat orang tua mereka. Ini adalah kegiatan pameran karya Kelas Antariksa Bintang dan Bulan. Orang tua murid dapat datang melihat karya anak-anak mereka. Mereka juga dapat melihat dan merasakan langsung semua kegiatan yang dilakukan anak-anak mereka  setiap hari di Tetum Bunaya.

Saya dapat merasakan antusias para orang tua murid ketika mereka datang pada pameran karya ini.  Lembar demi lembar kertas  yang dijejer-jejer itu mereka buka demi mencari satu nama anaknya.  Bila menemukan karya putra-putri mereka, mereka segera memotret.

Ada banyak karya adik-adik kelas Antariksa yang dipamerkan. Bendera-bendera kecil, batik, gambar–gambar unik, dan  pohon sahabat.  Semua hasil karya adik –adik ini lahir dari semangat dan kecerian mereka di sekolah.  Karya mereka yang dipamerkan itu asli merupakan pemikiran adik-adik.  Meski saya adalah kakak kelas Antariksa yang mendampingi mereka setiap hari di kelas, saya tidak memberikan instruksi atas karya yang harus diciptakan. Dan hasilnya…. wow….  apa saja yang menarik di sekolah menjadi istimewa bagi anak-anak ini. Seolah mereka ingin menunjukkan, dan berkata, “Ini karyaku, lho!”

Pagi itu, meski matahari terasa terik di pagi hari, saya dan adik – adik tetap bersemangat untuk bermain dan belajar bersama.

“Adik – adik kita melakukan Brain Gym, yuk,” ajak saya kepada adik-adik, untuk memulai kegiatan pameran karya ini. Spontan adik – adik membuat lingkaran dan melakukan Brain Gym dengan tenang.  Saya pun mengajak orang tua murid untuk melakukan Brain Gym bersama anak-anak mereka. Bunda Rafaza, misalnya, ikut bergabung dalam Brain Gym. Beliau masuk ke dalam lingkaran, dan ikut melakukan Brain Gym di samping Rafaza, sementara ayah dan bunda lain melakukannya di tempat duduk masing – masing.

Kegiatan Brain Gym dilingkaran merupakan salah satu kegiatan rutin yang kami lakukan di kelas untuk mengawali hari. Tujuannya adalah untuk menunjang kemampuan konsentrasi dan pengendalian diri adik- adik saat melakukan kegiatan.

Di saat kami melakukan Brain Gym, saya mengamati beberapa ayah bunda memotret kami, seolah mereka tak ingin kehilangan momen berharga ini.  Sekalipun demikian, adik-adik tetap berkonsentrasi pada kegiatan.

Setelah Brain Gym, saya mengajak adik–adik duduk di lingkaran.

“Siapa teman yang belum datang?” kemudian saya bertanya.

“Salsa, Dito, Danta, Rais,” adik bersama – sama menyebutkan.

“Iya nih aku tidak mencium baunya Rais,” celetuk Farrel.

Saya mengajak mereka mendoakan teman yang teman belum hadir pada sesi doa. Saya mempersilakan Farah, pemimpin kelas di bulan ini untuk memimpin doa. Farah kemudian memimpin doa dengan penuh percaya diri dan bersemangat.

Kemudian saya mengambil kalender dan bertanya, “Hari ini hari apa ya?”

“Sabtu!” teriak semangat adik–adik Antariksa.

“Tanggal berapa?”

“Tanggal 15 bulan Oktober tahun 2011,” dengan lancar mereka menyebutkan.

“Aku bisa mengulangi, Kak.”

Semua adik bergantian menyebutkan dengan lengkap: “Hari Sabtu tanggal 15 Bulan Oktober tahun 2011.”

Saya pun mengajak adik bercakap–cakap dengan bahasa Arab.

Kaifa haluk (Apa kabar)?” seru saya.

Alhamdulilah ana bi khoir (Alhamdulillah, kabar saya baik saja).”

Shobkhul khoir!”

Shobahunnur.”

Syukron, Adik-Adik. “

Afwan, Kak Lely.”

Bukan karena saya kuliah di Sastra Arab, maka saya mengajak adik-adik berbahasa Arab. Akan tetapi kegiatan ini merupakan latihan diskriminasi auditori terhadap bunyi yang tidak kita kenal. Kepekaan auditori diperlukan untuk pembelajaran membaca kelak.

“Kita main Hai Buta dengan bahasa Arab yuk,” ajak saya dengan semangat.

Adik – adik membuat lingkaran,  dan Farrel berada di tengah menjadi hai buta. Adik-adik berputar dan bernyanyi bahasa Arab dengan gembira.

Ya umyun ya umyun ibhas anni in wajad in wajad qola man ana (Hai Buta, Hai Buta, tangkaplah aku).”

Farrel berhenti dan menebak siapa temanya, dengan bertanya, “Man Anta (Siapa kamu)?”

Anta Aliif (Saya Aliif),” kata Aliif sambil tersenyum.

Belajar bahasa Arab sambil bermain selalu menyenangkan bagi adik–adik. Kegiatan bahasa asing lain yang mereka lakukan di sekolah adalah bahasa Inggris.

Pagi itu Miss Vina memperkenalkan air, angin, dan tanah dalam bahasa Inggris, dengan menggunakan control card.  Kemudian mereka bermain perahu sambil menyanyikan lagu Row Row Your Boat dengan berpasang-pasangan. Mereka duduk selonjoran saling berhadapan,  dengan kedua tangan berpegangan dan digerakkan ke depan belakang seolah-olah mereka sedang mendayung perahu bersama.

Meskipun mereka mempelajari dua bahasa asing, jiwa nasionalisme mereka tetap ditanamkan. Mereka bernyanyi Satu Nusa Satu Bangsa, Aku Anak Indonesia, dan Berkibarlah Benderaku yang diringi musik.

Suasana sudah menghangat, dan mereka pun diajak melakukan kegiatan. Di amfiteater sudah disediakan empat rak yang berisikan alat untuk dipilih adik-adik. Ada alat sensori Long Rods dan Knobbed Cylinders, alat matematika bernama Cards and Counters , alat pelajaran bahasa berupa huruf, Pink Box , dan alat-alat Latihan Aktivitas Sehari-Hari.

Alat peraga itu kami pindahkan dari kelas ke amfiteater, berikut rak, meja dan bangku. Saya berangkat dari rumah lebih awal daripada biasanya agar dapat menata “kelas” di amfiteater. Saya ingin kegiatan berjalan lancar dan adik-adik bahagia.

Alhamdulillah seperti yang saya harapkan. Mereka memilih kegiatan.  Adrian, Nisa, Rania, Didan, Neysia, Athar menulis di kertas bergaris pink dengan tenang. Kertas ini merupakan sarana belajar di sekolah untuk melatih motorik halus dan persepsi visual. Dengan kertas bergaris ini, adik-adik berlatih untuk menulis dalam jarak dan besar yang sama.

Ilzar memeras spon. Ini adalah alat peraga Latihan Aktivitas Sehari-Hari berupa baki, dua mangkuk sama ukuran dan spons. Tujuan langsung dari kegiatan adalah untuk melatih keteraturan, konsentrasi, koordinasi, dan kemandirian. Tujuan tak langsung adalah persiapan menulis dan membaca, pengenalan arah gerakan dari kiri ke kanan, dan persiapan aktivitas lain menggunakan spons. Dengan kegiatan ini, Ilzar juga mulai belajar kata benda (spons), kata kerja (memeras) dan kata sifat (basah).

Rafaza memilih kegiatan membuka dan menutup baut. Seperti halnya alat Latihan Aktivitas Sehari-Hari yang lain, kegiatan ini bertujuan untuk melatih koordinasi, konsenstrasi, keteraturan dan kemandirian. Tujuan tak langsung adalah kontrol otot jari dan penggunaan mur dan baut. Kegiatan bahasa yang dilakukan dalam aktivitas ini adalah kata “membuka” dan “mengencangkan”; “kencang”, “kendor”.

Anak-anak Sekolah Tetum Bunaya dilatih untuk dapat melakukan pilihan. Mereka tidak hanya boleh memilih kegiatan belajar, tetapi juga untuk beristirahat, dengan disiplin tentunya. Kami menyediakan kalung bertanda piring dan sendok untuk dipakai anak-anak yang ingin menyantap bekal mereka. Naufal, Rania, Raihan dan Farah mengambil kalung itu dan menyantap bekal di meja di bawah pohon.

Kegiatan apa pun sama asyiknya. Sekalipun ada teman beristirahat, yang lain tetap melakukan kegiatan. Aliif, misalnya, mengambil alas kerja dan Number Rods, dan melakukannya dengan penuh konsentrasi. Kegiatan ini dilakukan dengan membuka alas kerja dan menaruh sepuluh bilah bergaris dengan panjang 1 dm hingga 1 meter, satu per satu. Tujuan langsung dari kegiatan matematika ini adalah untuk belajar berhitung hingga 10 dan memahami nilai setiap angka; belajar nama satu hingga 10 dalam asosiasinya dengan kuantitas.

Anya memilih Cards and Counters. Alat ini berupa 10 kartu, masing-masing berisi angka 1 hingga 10, dan 55 biji bulat dengan berwarna merah.Tujuan kegiatan adalah mengenal angka 1-10 dan penyusunan yang benar; memahami berapa unit individual (biji-bijian) yang diperlukan untuk membentuk setiap angka; memberikan impresi visual dan otot terhadap angka genap dan ganjil.

Mereka bekerja dengan tertib tanpa ada instruksi dari saya. Saya bersyukur bahwa pada anak-anak ini telah tertanam disiplin diri dari dalam. Contohnya saja Farah, setelah snack time langsung mengambil alas dan melakukan Spindle Boxes. Alat ini berfungsi untuk memberikan gagasan bahwa simbol-simbol juga melambangkan kuantitas objek terpisah (berbeda dengan latihan dengan Number Rods, kuantitas adalah tetap sedangkan simbol tidak terkait langsung (anak harus menghubungkan sendiri antara lambang angka dengan bilah). Dalam kegiatan Cards and Counters, anak juga belajar mengenal konsep nol, dengan adanya wadah yang kosong.

Setelah menulis dengan Pink Paper, Anya dan Neysia melakukan kegiatan menyendok biji–bijian dengan tenang. Menyendok biji-bijian merupakan bagian dari Latihan Aktivitas Sehari-Hari dengan menggunakan baki, dua mangkuk sama, salah satunya berisi biji-bjian, dan sendok. Tujuan kegiatan ini adalah untuk koordinasi, keteraturan, kemandirian, konsentrasi dan persiapan untuk menulis, membaca dan matematika.

Ada juga yang memilih kegiatan estetika. Farrel mengambar dan membuat kartu dari bahan bekas.

Sekali lagi saya bersyukur bahwa adik-adik tidak terdistraksi sekalipun ayah dan bunda mereka melihat dari dekat dan  maju ke panggung amfiteater untuk memotret.

Waktu terasa amat cepat pada hari itu. Setelah  15 menit adik-adik  melakukan kegiatan, mereka kembali ke lingkaran.

Setelah mereka menenangkan diri, saya mengajak mereka bermain di tengah lapangan.

“Adik- adik kita main Mr. Wolf, yuk,” ajak saya.

“Yuuuuk,” sorak mereka dengan gembira.

Singkat sekali rasanya permainan di hari itu. Ketika saya mengajak mereka bersiap untuk pulang, mereka tidak mau.

Sekalipun saya tahu kegiatan bermain masih mengasyikkan, saya tetap perlu tegas. Adik-adik perlu belajar untuk pengendalian diri dan mengikuti aturan. Maka saya pun mengajak mereka bernyanyi “Now It’s Time to Say Good Bye” untuk mengakhiri kegiatan hari itu.

Acara sudah ditutup, tapi ….

“Mama aku main dulu ya di sini. Sebentar saja,” pinta Farrel kepada mamanya.

Tentu saja Farrel belum mau pulang, karena teman–temannya yang lain juga belum ingin pulang.

Itulah adik-adik Antariksa. Selalu bersemangat. Semoga kecintaan belajar ini terus tertanam hingga mereka besar kelak.