Catatan Kak Lely, guru Kelas Antariksa:

Pagi itu, Selasa 2 November 2011, Kelas Antariksa Bintang dan Bulan berlatih salat Idul Adha bersama Kak Syamsul, pengajar Iqra di Sekolah Tetum Bunaya.

Adik–adik belajar mengumandang takbir, mengikuti gerakan salat dan tenang saat mendengarkan khutbah. Semua mereka lakukan dengan penuh hikmat seolah itu adalah Idul Adha sebenarnya.

Antusiasme mereka bertambah saat Kak syamsul menjelaskan tentang hewan kurban, dan saya menjanjikan kepada adik–adik bahwa pada kegiatan hari esok kita akan membeli kambing bersama.

Langsung deh keesokan harinya, pada hari Rabu, adik–adik terus bertanya tentang kambing.

“Kak, hari ini kita beli kambing, ya?” tanya Naufal.

“Kak, kapan kita beli kambingnya?” tanya Athar.

“Kak, kita mau beli kambing atau domba, sih?” lanjut Rani.

Bahasan di Waktu Lingkaran pagi itu berkisar tentang kambing. Mereka bergantian mengangkat tangan dan bertanya. Sekalipun demikian, mereka cukup tertib mengikuti kegiatan kelas, yaitu senam dan makan bekal.

Pukul 09.00, saat yang ditunggu pun datang. Kami berangkat membeli kambing di perkampungan rumah Pak Mukhtar (penjaga malam Sekolah Tetum Bunaya). Mereka berjalan dengan penuh semangat, namun tertib. Walaupun perjalanan sedikit jauh untuk di tempuh dengan berjalan kaki, mereka tetap bergembira karena akan memilih dan membeli kambing.

Menyusuri perumahan penduduk.

“Kak, nanti aku yang aku yang bawa kambingnya ya, Kak?” kata Rani.

“Aku yang bawa yang bawa ya, Kak”? sambung Naufal.

“Ahhh, aku, aku, aku yang bawa!” timpal Farrel.

Saya hanya tersenyum dan berkata, “Iya nanti semua kita bergantian membawa kambing, ya.”

Ini dombaku.

Sesampainya kami di tempat penjualan kambing, adik-adik langsung mendekati kambing-kambing dan mengambil serpihan rumput–rumput. Mereka berlomba–lomba memberi rumput kepada kambing, dan sepertinya semua kambing tidak ada yang terlewat. Hampir semua kambing yang ada di sana di beri makan oleh adik – adik. Bahkan ada yang sangat tertarik dengan sapi. Naufal memberi makan sapi dan mengelus–elus kepala sapi.

Naufal dan sapi.

Adik–adik mulai memilih kambing mana yang akan kami bawa ke sekolah. Ada domba yang berbulu putih, kambing berwarna cokelat, hitam, dan lainnya. Mereka tak hanya memilih tapi belajar menawar harga tersebut.

“Om yang ini harganya berapa?” tanya Naufal kepada penjual kambing.

“Rp1.500.000.”

“Yah mahal, satu juta aja, ya?” tawar Naufal.

Di saat Naufal menawar  domba, Ilzar sibuk memilih kambing mana yang akan ia beli.

“Yang ini ya, Kak,” Ilzar memilih kambing berwarna hitam yang cukup besar.

“Boleh, coba tanya harganya,” jawab saya.

“Bang yang ini berapa?” Ilzar mencoba menawar harga kambing tersebut.

“Rp1.300.000.”

“Satu juta aja ya, Bang,” tawar Ilzar.

“Hehehe gak dapet, Dik.”

“Kurangin lagi ya,” kata Ilzar.

“Boleh deh, Rp1.275.000  ya…”

Hari itu kami membeli tiga ekor kambing, dan Ilzar serta teman-temannya membayar kambing, dengan memegang lembaran uang. Setiap anak merasakan transaksi membeli kambing.

Keesokan harinya saat Waktu Lingkaran, adik–adik kembali bercerita tentang kambing. Mereka ingin memberi makan kambing, bahkan ada beberapa adik yang sengaja membawa rumput dari rumah.

“Kak, nanti kita kasih makan kambing, ya,” kata Fira. “Aku bawa makanan kambing nih, Kak.” Wow, Fira membawa sekantong rumput.

“Aku juga bawa, Kak,” lanjut Nisa.

Ketika berbaris, tiba–tiba Danta berlari ke dalam kelas. Ternyata Danta membawa sekantong daun nangka untuk kambing.

Adik–adik yang membawa makanan kambing pun berbagi dengan teman-teman, sehingga semua adik Antariksa sibuk dengan kegiatan memberi makan kambing.  Adrian yang hari sebelumnya tidak ikut membeli kambing, ikut merasakan kebahagiaan dan semangat memberi makan kambing.

Memberi makan.

Semua kegiatan minggu ini sepertinya hanya tentang kambing, domba, atau hewan kurban. Saat adik–adik membuat kolase domba di kelas mereka benar – benar menikmati dan membayangkan kolase tersebut seperti domba yang sebelumnya mereka pegang dan rasakan bulunya.

Ada yang memberi warna kaki domba dengan warna hitam, ada yang membulat–bulatkan kapas sampai tebal. Mereka ingin membuat kolase seperti domba yang asli.

Di hari Jumat, adik–adik masih bercerita tentang kambing, masih membawa dan memberi imakan kambing.

Hmm, tiba-tiba ada yang meminta beli sapi.

“Kak, kok kita gak beli sapi sih, Kak,” kata Rafaza.

“Iya dong, Kak, beli sapi,” lanjut Angel.

“Emang harga sapi berapa sih, Kak,” tanya Farah.

Kembali saya tersenyum dan menjelaskan bahwa tahun depan mungkin kita akan membeli sapi.

Di hari Jumat biasanya adik–adik  melakukan kegiatan ke masjid. Di Jumat itu, adik–adik Antariksa pun ke masjid tapi dengan kegiatan yang berbeda. Mereka membawa kambing dan melakukan akad serah terima dengan  panitia masjid.

Ilzar mewakili kelas Antariksa Bulan memberikan  dan bersalaman dengan Pak Yadin, panitia Qurban Masjid At-Taubah dekat sekolah. Adrian, pemimpin kelas Antariksa Bintang di bulan ini, berjabat tangan sambil menyerahkan seekor domba kepada panitia.

Serah terima di hari itu disaksikan adik  adik Antariksa, dan mereka merasa sedih karena besok mereka libur dan kambing akan dipotong.

Selamat Idul Adha, ya….