Hari Sabtu 28 Januari 2012 Sekolah Tetum Bunaya akan mengadakan kegiatan asesmen kelompok bagi calon siswa Sekolah Dasar.  Berbeda dengan sekolah lain (mungkin), asesmen di Sekolah Tetum Bunaya bukan merupakan seleksi. Sebelum seorang anak mengikuti asesmen, kami sudah melakukan seleksi … terhadap orang tua dan kondisi anak. Apabila kami memprediksi dapat melakukan kerja sama dengan orang tua dalam pengembangan anak, maka kami akan melanjutkan ke tahap asesmen. Bagaimana pun dalam pengembangan anak di sekolah, yang kami lakukan adalah menjalin kemitraan dengan orang tua, sehingga bagi kami kesamaan tujuan adalah penting.

Begitu pula, bila kami merasa tidak dapat melakukan pengembangan terhadap anak berkebutuhan khusus, karena kapasitas kami yang terbatas, maka kami akan berterus-terang di awal.

Dengan demikian, setiap anak yang mengikuti asesmen sudah pasti diterima, namun ada kemungkinan (khusus untuk anak dari luar Sekolah Tetum Bunaya), kami akan menempatkannya di kelas yang lebih rendah, apabila kami menemukan adanya gangguan sensori yang berpengaruh dalam kontak mata, pemahaman instruksi, dan pengendalian motorik.

Asesmen Kelompok Tahun Ajaran 2011-2012.

Asesmen kami lakukan dalam dua tahap, kelompok dan individual. Dalam asesmen kelompok kami melihat bagaimana kemampuan seorang anak dalam menolong diri sendiri, spontanitas, perilaku menolong, pemahaman instruksi, dan kemampuan adaptasi.  Untuk identifikasi di area motorik kasar, motorik halus, komunikasi, visual, kognitif dan auditori kami lakukan dengan asesmen individual.

Tujuan asesmen di Sekolah Dasar  Tetum Bunaya adalah untuk mendokumentasikan perkembangan anak sebelum memasuki jenjang Sekolah Dasar, dan merupakan alat untuk mengembangkan program kurikulum untuk meningkatkan perkembangan anak.

Asesmen ini kami lakukan sesuai dengan kurikulum yang kami miliki.  Ya, antara asesmen dan program kurikulum harus ada keselerasan. Seperti kata Dodge & Colker (2001), hubungan antara kurikulum dan asesmen dapat digambarkan sebagai berikut:

Hubungan antara Kurikulum dan Asesmen (Dodge & Colker, 2001, hal 357)

Dalam diagram di atas terlihat adanya keterkaitan antara asesmen, tujuan kurikulum dan perencanaan. Asesmen didasarkan pada tujuan kurikulum; sedangkan tujuan kurikulum didasarkan pada perencanaan. Perencanaan didasarkan pada asesmen yang dibuat. Jadi dengan asesmen ini akan didapat perencanaan untuk mengembangkan program kurikulum untuk meningkatkan perkembangan anak.

Asesmen di Sekolah Dasar Tetum Bunaya bukan merupakan paper and pencil test, namun kegiatan alami yang telah dirancang sesuai dengan tujuan asesmen.

Seperti dalam Asesmen Calon Siswa Sekolah Dasar Tetum Bunaya Tahun Ajaran 2011-2012, kami merancang kegiatan kelompok Membuat Bola-Bola Cokelat. Dari kegiatan itu kami dapat melihat kemampuan menyerap, daya ingat, kemampuan memahami big picture dari suatu keadaan dan detail, perilaku menolong, pengendalian diri dan inisiatif untuk berkomunikasi. Area-area ini adalah hal sehari-hari yang akan mereka hadapi kelak di Kelas Merkurius (Kelas 1 di SD kami).

Pertama, guru kelas 1 memberi petunjuk cara membuat kue yang harus mereka ingat.

Perilaku menolong seperti ini menjadi penilaian juga.

Kami hanya memberikan peralatan, dan membiarkan mereka berinisiatif melakukan.

Mereka harus mengambil bahan masakan sesuai petunjuk lisan di awal pertemuan, atau melihat papan petunjuk.

Reaksi seorang anak terhadap temannya juga menjadi penilaian.

Apa pun perilaku anak, menjadi data bagi kami.

Konsentrasi dan daya ingat akan terlihat dalam kegiatan ini.

Performa seorang anak berkebutuhan khusus akan dinilai sebagaimana adanya, bukan bagaimana seharusnya.

Begitu banyak data kami peroleh hanya dari tangan dan hasil karya.

Orang tua bisa melihat dari kejauhan.

Ketika itu, para bunda diingatkan untuk mengendalikan volume suara:)

Sebuah karya, banyak data.