Clara Ng keturunan Tionghoa dan kuliah di Ohio State University, tetapi kecintaannya pada bahasa Indonesia melebihi orang Indonesia yang berdarah Indonesia serta besar dan kuliah di Indonesia.
Ini ditunjukkan Clara dengan buku-bukunya yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Dalam acara di Times Bookstore Karawaci tanggal 19 Februari 2012, Clara mengatakan bahwa dia menolak bila diminta menulis dalam dwibahasa, karena nanti ceritanya akan menjadi simpel. Selain itu menurut Clara, sebagai orang Indonesia kita harus lebih menguasai bahasa Indonesia daripada bahasa lain.
Wow mengagumkan ya ….
Kami beruntung bisa bertemu dengan Clara Ng dalam Storytelling Competition di Times Bookstore, UPH Karawaci, hari Minggu 19 Februari 2012. Sekolah Tetum Bunaya diwakili oleh Gina Sekaraissa dan Cahaya Pertiwi Putri Hamid yang menceritakan kembali cerita pendek Clara Ng yang ditulisnya dalam buku terbarunya, Dongeng Sekolah Tebing. Gina mengambil cerita Kacau Balau, sementara Cahaya bercerita tentang Gempa Bumi.
Clara Ng tersenyum ketika mereka berdua bercerita. Ya, Gina dan Cahaya tampil dengan berani, berbicara lancar, dan berekspresi sesuai cerita. Mereka belum menang, tapi mungkin sebaiknya begitu. Ini adalah pengalaman pertama bagi Cahaya dan Gina tampil berbicara di depan umum, dan dengan kekalahan ini mereka jadi terpacu untuk terus belajar.
Mengenal Clara lebih dalam akan menjadi bekal bagi keduanya di masa depan — lebih daripada piala yang membuat mereka puas. Belajar bagaimana bahasa tubuh Clara Ng –yang ahli komunikasi– saat tampil di depan umum: selalu tersenyum dan mencondongkan tubuh ketika berbicara dengan anak-anak. Menyimak bagaimana Clara berbicara dengan kata-kata sederhana. Menghayati bahwa kisah-kisah sehari-hari bisa menjadi cerita imajinatif. Belajar bagaimana mencintai bahasa Indonesia seperti Clara Ng.
Semoga pertemuan itu menjadi inspirasi bagi Cahaya dan Gina, juga bagi anak-anak lain yang hadir di acara itu, juga pembaca buku-bukunya.