Penyangga pilar  Sekolah Tetum kini sudah berjumlah 33 orang. Bukan jumlah yang kecil. Karena itu kami merasa perlu lebih menyatukan diri agar dapat lebih padu dalam memberikan pelayanan. 

Menjelang tahun ajaran baru, kami pun mengadakan kegiatan team building, dengan mengundang lembaga konsultasi STIFIn. Disepakati bahwa kegiatan team building ini dilakukan pada hari Senin dan Selasa, 1 dan 2 Juli 2013. Tema kegiatan adalah T.E.A.M, atau Together Everyone Achieves More. Ya, kalau diakukan bersama-sama, kita akan bisa meraih lebih banyak, bukan?  Yang dimaksud dengan “everyone” ya semua orang yang menjadi staf tetap di Tetum, dari Pak Muhtar, penjaga malam, hingga Kak Endah, “penjaga malam” juga sih, maksudnya … Kak Endah senang bekerja hingga larut karena harus berlari lebih cepat daripada yang lain:)

Di hari pertama, Senin 1 Juli, 2013, semua peserta T.E.A.M. berkumpul di gedung TK baru. Di hari itu, semua setara. Tidak ada atasan dan bawahan, senior dan yunior, ataupun karyawan lama dan baru. Bahkan agar staf yang sehari-hari bertugas membuat minum dan menyajikan makan siang terbebas dari pekerjaannya, kami memesan hidangan dari pihak luar. Seru ya ….

Sebelum acara dimulai, kakak-kakak bergantian untuk tes STIFIn.  STIFIn adalah singkatan dari Sensing, Thinking, Intuitive, dan Instink, yaitu lima kecenderungan kepribadian. Setiap individu memiliki kecenderungan itu berdasarkan sidik jarinya. Cara mengetahuinya adalah dengan melakukan tes STIFIn. Dengan mengetahui kecenderungan kepribadiannya,  seseorang diharapkan akan mendapat panduan bagaimana mengembangkan diri dan bagaimana berkontribusi dalam pekerjaannya. Hasil tes baru diberikan pada hari kedua.

Usai tes sidik jari, setiap peserta pun dibangkitkan rasa percaya dirinya, dengan diajak berani memperkenalkan diri sambil berjoget, dan peserta lain mengikuti. Tak ayal kami memulai hari itu dengan tertawa terpingkal-pingkal karena geli melihat ulah teman-teman yang langsung berubah. Ada gaya itik, ngebor, Harlem Shake, yah sebutkanlah segala jenis tarian. 

Kemudian setiap orang mendapat balon yang di dalamnya terdapat salah satu dari lima tulisan yang mencerminkan nilai-nilai untuk mencapai keberhasilan, yaitu: komunikasi, keseimbangan, kepercayaan, komitmen, dan keunggulan. Jadilah setiap kelompok terdiri dari enam atau tujuh orang, yang selama seharian itu bahu membahu bersatu dalam kelompok dan berkompetisi dengan kelompok lain.

 Lalu kalau sudah membentuk kelompok, bagaimana langkah agar “everyone achieves more”? Pak Benny, instruktur kegiatan, mengajak kami mempraktikkan sembilan langkahh membangun dream team.  Kesembilan langkah itu adalah:

1.    Kecermatan

 Uji kecermatan ini dilakukan dengan mencari kata yang mungkin muncul dari dua gambar yang diberikan. Misalnya, ketika ada gambar “bunga” dan “hati”, maka kata yang mungkin muncul adalah “bungalo”. Wow permainan bahasa yang menarik. Saat mencari kata, kami berpikir dan berembug dengan cepat dan cermat. Yang kami rasakan saat itu adalah persaudaraan yang kuat di dalam kelompok karena harus mencapai tujuan bersama dalam target waktu tertentu, dan … jangan sampai kalah dengan kelompok lain. Mungkin karena problem yang diajukan menyangkut bahasa, pemenangnya adalah tim Komunikasi. Tim yang lain, sesuai dengan namanya, Keunggulan, juga unggul di permainan pertama ini.

Dalam diskusi, Pak Benny memberi contoh seorang karateka membelah balok yang punya gaya begitu gagah, namun ternyata gagal. Karetaka tersebut mengayunkan tangannya agak ke kiri, bukan di tengah balok, sehingga dia tidak bisa membuat balok itu terbelah. Dengan kata lain, dia kurang cermat dalam melakukan kegiatan.

Begitu pula dalam menebak gambar yang kami lakukan. Perlu kecermatan dalam waktu cepat. Untuk itu tentunya perlu kerekatan kerja kelompok. Ibarat pazel, maka sebuah tim akan berhasil bila masing-masing dengan cermat menyatukan diri menjadi kesatuan yang andal, dan kemudian berpikir cermat mencapai tujuan.

2.    Kekompakan

Kami bersama-sama mengangkat gelas berisi air dan memindahkannya dari satu titik ke titik lain yang ditandai dengan plastik segi empat. Permainan ini terbilang mudah, tapi ada tim yang melakukannya dengan sangat mudah dan cepat! Meskipun diulang, mereka tetap selalu nomor satu. Berarti ada tim yang kompak dan cepat pula.

3.    Pengendalian diri

Aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian diri dilakukan dengan mengangkat sebilah tongkat sepanjang kira-kira 150 cm. Sulitnya, kami harus mengangkatnya bersama-sama dengan jari telunjuk. Ini kegiatan yang sulit. Berkali-kali kami mencoba agar tidak ada yang lebih cepat dan lebih lambat dalam mengangkat. Dalam kenyataan, mengendalikan diri itu sulit, bukan? Di kegiatan ini terbukti bahwa kami harus bersabar menunggu, melihat kecepatan jari teman, dan menjaga kata-kata.

 4.    Keteladanan

 Simulasi keteladanan dilakukan melalui kegiatan the blind game. Satu orang dalam kelompok mengenakan penutup mata. Berjalan melewati rintangan. Teman yang dibelakang memberikan intstruksi kepada the blind man.

5.    Kepercayaan

Kami berbaris berhadapan, dan saling berpegangan tangan agar kuat menjadi bantalan bagi teman yang akan menjatuhkan diri di sana. Ini menjadi latihan bahwa percaya kepada teman satu tim adalah dasar dari kerja sama untuk melangkah ke depan.

6.    Siap Berbagi

 Kami menggambar di selembar kertas berukuran A3 pada satu karton tanpa berkomunikasi.Akhirnya terbentuk sebuah kesatuan gambar.  Berbagi pekerjaan dengan teman kerja menghemat waktu dan tenaga.

 

7.    Menentukan Strategi

Mengkonstruksi bangunan darisedotan tahan angin adalah tantangan bagi kakak-kakak dalam berstrategi. Sedotan itu dirangkai menggunakan jarum pentul menjadi bangunan yang diuji kekuatannya dengan ayunan kipas Tim STIFFIn. 

 

 8.    Tujuan yang Sama

Kakak-kakak berusaha menjadi pemenang dalam lomba memindahkan sarung dari satu tubuh ke tubuh lain, dengan syarat tidak memisahkan tangan yang saling berpegangan. 


9. Komunikasi

Kertas yang terpotong beberapa bagian diberikan kepada masing-masing kelompok.  What mau diapakan? Begitu yang tersimpan dibenak masing-masing kakak. Namun tanda tanya itu tak lama bergantung. Mereka cepat bekerja. Hupla jadi beberapa ruang bangun. Beda kepala berbeda pendapat. Bila disatukan dengan komunikasi  yang baik akan segera menelurkan sebuah kinerja ciamik.

 Hari telah beranjak sore,  tampak wajah bermandikan senyum terpuaskan oleh kegiatan  Sinergy Building Team yang dipandu tim STIFIn. Semoga tujuan menumbuhkembangkan kesolidan tim mulai dari posisi bawah hingga top management sehingga tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab dapat tercapai.

Hal serius  pertama muncul pada dinding gambar  fungsi otak dominan. Dibagi dalam lima bagian  Neokortek kiri Analistis Pandai (Thingking), Neokortek Kanan Kreatif imajinatif (Intuiting), Limbik Kanan Emosi, hubungan (Feeling), Limbik kiri Memori Rajin (Sensing),  Midbrain Naluri Serba-bisa (Insting).

Kakak-kakak yang melakukan test STIFIn pada tanggal 1 Juli 2013 mendapatkan hasil. Kategori  mesin kecerdasan yang mereka miliki ada yang Sensing (S),  Thingking (T), Intuiting (I), Feeling (I), Feeling (F), dan  Insting (In). Kecuali Insting ‘golongan’ yang lain terbagi dua: introvert dan ekstrovert.

Pada buku pengantar ada kutipan sebagai berikut: Otak dalam kepala bekerja secara komprehensif. Kelima-lima belahan otak semuanya bekerja secara bersamaan dan harmonis. Harmoni kebersamaan  seluruh komponen otak dipimpin oleh sistem operasi otak yang berperan aktif sedang yang lain kabinet eksekutif pasif. Pengambil keputusan adalah sistem operasi yang aktif.

Dua hari mendapatkan input yang menyegarkan membuat salah seorang kakak berpendapat sebagai berikut semakin meyakini bahwa yang sudah dijalani dan cita-cita kedepan sesuai arah dalam tanda petik,  yang digambarkan (hasil STIFIn)   dan ditempuh adalah benar atau sesuai. Implementasi pada anak-anak murid, lebih mencemarti keragaman ditengah lapangan,  berdasarkan kategori anak-anak model STIFIn dan memprediksikan kemungkinan yang tepat kecenderungan mereka.  Beliau orang baru merasa iklim di Tetum sejuk. Gap senior dan yunior sangat minimal. Welcome terhadap warga baru sangat familiar, ramah dan sangat nyaman.

Sementara ada kakak yang lain menerima hasil STIFIn bukan gua banget.  Pada saat tertentu aku itu kreatif. Tenang Kak, fenotipe seseorang terdiri dari genetik 20% dan Lingkungan 80%.  STIFIn juga bukan pe-labelan. Seperti tutur pak Hudaya, yang menyempatkan hadir sebentar, kulit diletakan pada pembuat krupuk akan menjadi krupuk kulit bila dipegang pembuat tas terkenal akan bernilai angka lumayan.