Catatan Parent of the Week

Dalam satu tahun ajaran di sekolah Tetum Bunaya, setiap anak mendapat kesempatan  menjadi pemimpin selama dua atau empat minggu, sesuai dengan jumlah anak dalam satu kelas, yang disebut dengan Child of the Week. Ketika anak menjadi Child of the Week, orang tuanya mendapat kesempatan menjadi Parent of the Week, dan bisa mengisi kegiatan di kelas sebagai dengan bidang atau kesukaan masing-masing.

Saya tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ketika anak saya menjadi COW di kelasnya, saya mengambil kesempatan untuk datang ke kelasnya, Langit Bintang. Saya ingin mengenal teman-temannya lebih dekat, dan tentunya saya ingin Lazuardi, anak saya, mendapat kenangan bahwa uminya memberi perhatian pada dirinya.

Di tanggal 28 Oktober 2013 saya pun berencana untuk mengisi kegiatan di sana. 

IDE

Mula-mula saya ingin mengajak teman-teman sekelas Lazua membuat bingkai foto. Namun rencana itu beralih  dengan membuat gantungan nama, agar anak saya lebih hapal nama teman-temannya. Pasalnya, dari guru kelasnya saya mendapat informasi bahwa Lazua belum hapal nama seluruh teman-temannya. Hal ini terlihat ketika dia melaksanakan tugas memanggil teman untuk mencuci tangan atau kegiatan lain (salah satu tugas pemimpin), dan Lazua tidak dengan lancar menyebut nama temannya.

Informasi ini membuahkan ide untuk membuat sesuatu yang ada nama teman-temannya. Saat dia membagikan kertas/peralatan, dia akan berlatih mengingat nama temannya. 

Pertama, yang terlintas dalam pikiran saya adalah mencarikan prakarya yang bisa dilakukan anak usia 4-5 tahun, bermanfaat dan menyenangkan.  Setelah itu mengunduh font bergambar yang menarik. Font balon untuk anak laki dan stroberi untuk anak perempuan. 

Saya pun menulis nama teman sekelas anak saya, dan mencetaknya pada kertas foto. Saya sempat berpikir kertas foto tidak mudah diwarnai dengan krayon, sehingga saat mencetak beberapa nama anak, kertas foto saya balik. Namun setelah saya mencoba mewarnai bagian yang glossy dengan krayon, ternyata tidak masalah.

 

Saya pun siap dengan perlengkapan gantungan nama. 

 

Membuat Peraturan

Ketika tiba di kelas, anak-anak sudah berada dalam lingkaran. Saya menyapa kak Rifda dan dipersilakan duduk dalam lingkaran.

Saat itu mereka tengah mendapat penjelasan tentang memaafkan. Bila melakukan kesalahan, misal tak sengaja menginjak kaki teman, maka mereka diminta kakaknya untuk meminta maaf. Anak yang dinjak kakinya pun diminta untuk memaafkan. Mereka pun melakukan kegiatan main peran. 

Selesai pelajaran itu, saya memperkenalkan diri dan membuat aturan main kegiatan, yang sebenarnya berupa aturan yang datang dari mereka sendiri. Saya pernah memperhatikan seorang guru yang mengajak anak membuat aturan di awal kegiatan, menuliskannya, dan menempelkannya di dinding. Karena ada aturan yang datang dari diri sendiri, mereka pun cenderung lebih mudah mematuhi peraturan, dan hanya sesekali kakak mengingatkan.

 “Adik-adik sebelum kita mulai membuat gantungan nama, coba sebutkan apa saja yang boleh dilakukan dan tidak?”  tanya saya, mengikuti gaya kakak kelas. 

“Menjaga sikap,” kata salah satu anak.

“Tidak memukul teman.”

“Tidak menendang teman.”

Setelah ada peraturan, kegiatan inti pun siap dilakukan.

Membuat Gantungan Nama

Saya memulai kegiatan dengan mengambil salah satu satu gantungan nama. “Adik-adik beri warna pada nama ini. Boleh warna apa saja. Kalian juga boleh memberi bintang, persegi panjang atau apa saja untuk hiasan.”

Mereka saya ajak membuat bentuk persegi panjang di udara. Ke kanan, ke bawah, ke kiri dan ke atas.

“Setelah itu beri benang. Bila belum bisa mengikat, minta kakak untuk melakukan hal itu. Perhatikan kakak agar nanti bisa mengikat sendiri.”

Saya sudah bertanya kepada kepada Kak Rifda apakah mereka sudah belajar menalikan, dan menurut Kak Rifda sudah dijadwalkan. 

Kedua ujung sudah saya lubangi dengan puncher. Nah setelah itu di beri kardus dengan cara memberi lem dan di satukan dengan gantungan nama.” Agar menarik saya menggunting kardus dengan gunting gerigi.

Suasana dalam kelas

Sebelumnya saya tidak berpikir seperti itu. Karena saya kira cukup menggunakan kertas foto maka tidak akan melengkung. Untung saja di sekolah Tetum selalu tersedia kardus untuk anak-anak membuat prakarya. Kak Endah pemimpin Umum Sekolah Tetum Bunaya sangat konsen  pada lingkungan. Beliau mengajurkan mendaur ulang benda-benda sekitar.

Saat membuat gantungan nama tersebut. Anak-anak sangat cepat mewarnai. Tergantung pada kreasi mereka masing-masing. Saya sengaja menyisakan bagian ujung kertas tidak digunting agar anak menggunting sendiri.

Karena kardus belum dipotong anak-anak antre  menunggu saya menggunting kardus.  Kak Dian, Kak Aas, dan Kak Gina membantu mengawasi dan menolong  anak-anak.  Menolong disini dalam artian tidak ditolong sepenuhnya. Anak-anak diajarkan berusaha lebih dahulu. Bila memang belum mampu baru ditolong.

Senangnya hari ini belajar bersama anak kelas langit. Mereka mewarnai, menggunting, menempel. Sesi terakhir mereka berfoto bersama.

Bahan

1.      Kertas foto

2.      Spidol/crayon

3.      Benang

4.      Kardus

5.      Lem

Peralatan

1.      Gunting gerigi

2.      Gunting biasa

3.      Pelubang kertas/puncher