Hari Sabtu 29 November 2014 yang lalu diadakan acara Orientasi Kelas Bumi yang bertujuan meningkatkan kemitraan antara pihak sekolah dan orang tua murid. Berikut ini tulisan dari kak Lely mengenai jalannya acara.

Sabtu (29/11) acara Orientasi Kelas Bumi berjalan dengan lancar. Bun-Bun dan Ayah Aliif menjadi tamu pertama tepat jam 08.00 disusul dengan Mama dan Papa Athar, Mama dan Papa Farrel, juga Mama dan Papa Adrian. Pagi itu, hasil karya anak-anak kelas Bumi menjadi perhatian masing-masing orang tua. Ada juga Mama dan Papa yang berkeliling kelas Bumi untuk melihat suasana di kelas.

Tepat pukul 08.30 Kak Wiwik membuka acara, menyambut, mengucapkan terima kasih, dan menyampaikan salam dari Kak Endah. Setelah itu, Kak Wiwik pun mengajak semua orang yang ada di ruangan bermain permainan “Silahkan”. Semua orang tua murid tertawa renyah saat Kak Wiwik meminta duduk tanpa disertai kata “Silahkan”. Acara pun berlanjut, persentasi kelas Bumi dibacakan. Saat saya membacakan slide pertanyaan yang biasa ditanyakan orang tua murid seperti: “Anak saya belajar apa ya?”, “Mampu bersaing tidak ya?”, “Gurunya kapabel tidak ya?”. Mereka mengaku percaya dengan apa yang diberikan Tetum. “Gak kak, terserah aja deh, anak-anak dikasih apa ajah kita percaya.” Ucap Bun-Bun Aliif. Ayah Bunda yang lain pun mengiyakan pernyataan Bun-Bun Aliif. Saat pernyataan “Bagaimana ya stimulasi yang tepat untuk di rumah?”. “Iya…” Mereka merespon ingin mengatahui lebih lanjut.

Slide per slide dibacakan dengan penjelasan rinci, setiap gambar yang menjelaskan mata pelajaran juga dijelaskan dengan detail. Saat beberapa mata pelajaran dijelaskan ada orang tua yang bertanya dan berkomentar. Papa Didan mengatakan Didan sudah bisa perkalian dan saat belajar bersama dengan Papa Didan memakai cara yang diajarkan Kak Jeri dan bilang cara Papa salah. Saya merespon memang untuk Didan dan teman-teman di kelas Bumi kemampuan fleksibilitasnya belum seperti orang dewasa, tentunya saat ini yang Didan tau perkalian menggunakan cara yang diajarkan Kak Jeri.

 

Lain halnya dengan Papa Athar mengajukan pertanyaan saat pelajaran agama dijelaskan. Papa Athar menanyakan apakah pelajaran agamanya hanya ada pelajaran agama Islam?”. Saya menjawab iya, pelajaran agama hanya pendidikan agama Islam. Saat ini di SD Tetum Bunaya ada 2 anak yang beragama non Islam. Untuk jumlah tersebut belum memenuhi kriteria untuk diadakannya pendidikan agama selain agama Islam. Selain itu, pada saat pendaftaran kita menjelaskan Tetum Bunaya adalah sekolah umum yang berorientasi Islam. Jadi saat ini anak-anak yang beragama non Islam bersekolah di sekolah minggu dan nilainya diberikan ke sekolah saat penilaian.

Penjelasan pun berlanjut sampai pada slide pelayanan orang tua, para orang tua merespon postif saat dibukakan akses ke kepala bidang akademik, kepala sekolah, dan guru. Beberapa orang tua memfoto slide yang berisi alamat email, serta alamat todaysmeet.

Para orang tua juga menyimak dengan sangat tertarik untuk layanan konsultasi keluarga bersama Kak Endah. Penjelasan tentang belajar di rumah menjadi penutup persentasi dan dilanjutkan dengan makan hidangan makanan ringan.

Sambil menikmati hidangan, para orang tua berbincang ringan satu sama lainnya, ketika kembali berkumpul di ruangan, sesi tanya jawab pun dibuka. Mama Rafaza mengajukan pertanyaan, beliau mengatakan telah mencoba memberikan pilihan waktu belajar dan bermain untuk Rafaza, tapi Mama Rafaza mengaku agak kesulitan karena Rafaza cenderung kebablasan dan memilih bermain tanpa aturan.

Saya mengatakan mendidik anak adalah seni, memang membutuhkan segala cara yang kreatif untuk dapat berkomunikasi dengan anak. Memberikan pilihan kepada anak bukan berarti membebaskan anak tanpa aturan. Para orang tua tentunya berperan menjaga dan mengarahkan anak untuk dapat mengambil pilihan dan jalan yang benar. Karena memang untuk anak diusia dini masih perlu diarahkan untuk membedakan hal baik dan buruk, atau benar salah.

Untuk keadaan kapan memilih waktu belajar yang tepat anak dapat diberi pilihan yang lebih konkret dan mengerucut. Misalnya. “Hari ini Rafa mau belajar jam 5 sore atau jam 7 malam?”. Ketika anak memilih salah satunya mereka akan merasa pilihan itu datang dari diri mereka, padahal Mama dan Papa sebenarnya telah mengarahkan dan membantu mereka untuk mengambil keputusan.

Pertanyaan lainnya dari Papa Givanya yang menanyakan isu tentang kurikulum 2013 yang saat ini gencar diberitakan akan dikembalikan pada KTSP. Papa Givanya menanyakan bagaimana dengan kaitan Tetum dengan kurikulum 2013 atau KTSP sendiri.

Saya menjelaskan kami juga mengikuti update dari pemerintah, saat sekolah-sekolah dicanangkan akan menggunakan kurikulum 2013 Tetum juga mengikuti pelatihan kurikulum 2013. Saya menjelaskan metode yang diterapkan pada kurikulum 2013 sebenarnya adalah yang selama ini telah dijalankan oleh Sekolah Tetum Bunaya sendiri. Seperti pembelajaran tematik, guru sebagai fasilitator, pendekatan individual kepada anak, serta alat peraga yang mendukung pembelajaran. Hal tersebut tentunya sudah berjalan dari awal di Tetum. Untuk sekolah luar, yang sebelumnya menerapkan KTSP dengan kontekstual dan merasa harus berganti cara mengajar dengan metode kurikulum 2013 pastinya guru-guru merasa sulit dan harus belajar banyak. Di Tetum sendiri guru-guru dari awal memang diberi fasilitas pelatihan yang mendukung dan diarahkan pada pembelajaran seperti yang telah berjalan saat ini.

Kurikulum KTSP sendiri selama ini SD Tetum Bunaya juga memakai dan mengikuti apa yang ditetapkan pemerintah. Pada KTSP diknas menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai acuan baku, dan selama ini kita mengacu pada SKKD Diknas. Yang berbeda hanya pada metode pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran great fun, great learning, dan great teaching.

Mama Yoko juga menanyakan hal penilaian. Beliau mengatakan biasanya Tetum tidak memberikan pemberitahuan UAS atau UTS, namun saat ini ada pemberitahuan. Apakah Yoko perlu disiapkan untuk menghafal pelajaran, dan bagaiman penilaiannya.

Untuk ujian memang di kelas Bumi anak-anak sudah diperkenalkan, tujuannya adalah untuk membiasakan dan memperkenalkan mereka pada bentuk-bentuk evaluasi seperti soal pilihan ganda, essay, ataupun praktek. Penilaian sendiri mencakup beberapa aspek dan tidak hanya mengacu pada hasil ujian dihari itu. Penilaian sikap, karakter, dan pehamaman yang menjadi bobot penilaian di rapor.

Acara pun berlanjut dengan pemilihan koordinator kelas Bumi. Para orang tua saling memilih, ada memilih Bun-Bun Aliif, Mama Rio, dan Mama Givanya. Suara terbanyak yang menentukan terpilihnya koodinator kelas jatuh pada Mama Givanya.

Kegiatan dihari itu pun berakhir dengan terpilihnya Mama Givanya sebagai koordinator kelas, dan foto bersama.

 

Nurul Laily Al Arsyadhi

Sabtu 29 November