Sabtu 14 Januari 2014, kelas Mars mengadakan orientasi kelas. Pembahasan pada orientasi tersebut menjelaskan tentang kurikulum, proses belajar di kelas, stimulasi di rumah, layanan sekolah, dan perkenalan tim pengajar SD Tetum Bunaya.

Senyum manis tergores di wajah Ayah Bunda yang hadir, saat satu persatu kakak (sebutan untuk guru di Sekolah Tetum)  diperkenalkan. Bahkan salah satu Bunda hafal dengan nama dan tugas guru di kelas Mars.

Keseharian anak-anak di sekolah juga di jelaskan dengan rinci, mulai dari kedatangan, bersalaman, membuka sepatu, absen, waktu lingkaran, bermain di luar kelas, sampai waktu pulang. Pada slilde tersebut ada sebuah foto anak-anak yang memanjat pohon, naik stager, dan duduk di luar. Gambar tersebut cukup menarik perhatian Ayah Bunda, semua tertawa lebar dan membuka mata seolah ingin memastikan siapa anak yang ada di pohon itu.

Sekolah menjelaskan bahwa kegiatan tersebut di luar jam pelajaran dan dalam pantauan kakak-kakak yang berada di dekat mereka. Mengapa kegiatan memanjat pohon diperbolehkan di sekolah juga dijelaskan secara singkat. Kegiatan memanjat yang menggunakan koordinasi kaki kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, koordinasi mata, daya juang, dan keseimbangan tubuh, juga penyaluran energi untuk anak-anak sangat mendukung kegiatan belajar di kelas.

Jika ia dapat memanjat pohon dengan percaya diri, konsentrasinya dan fokus belajarnya juga akan berkembang. Misalnya tidak mudah lelah saat menulis, dan dapat duduk tenang saat mendengar penjelasan kakak.

Penjelasan berlanjut dengan memaparkan proses belajar di kelas. Dijelaskan dengan rinci cara pengarajaran setiap satu pelajaran, misalnya saja Kak Wini saat mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan menjelaskan bagian-bagian bunga, Kak Wini membawa bunga kembang sepatu yang asli dan anak-anak menyentuh, melihat serta mengamati langsung. Begitu juga pelajaran lain yang diberikan kakak-kakak dengan memperhatikan unsur belajar yang menyenangkan.

Ibu Salma juga berbagi cerita, karena di sekolah anak-anak belajar dengan alat peraga yang nyata di rumah Salma selalu mempraktekkan apa yang sudah dipelajari di sekolah. Salma membuka mata dan menyorot mata Ibu, dan adik-adiknya untuk belajar bagian-bagian mata serta membuktikkan pupil yang membesar dan mengecil yang dipengaruhi cahaya.

Layanan sekolah juga ditayangkan seperti layanan konsultasi keluarga, dan akses ke sekolah. Dibuka juga todaysmeets sebagai forum komunikasi antara orang tua dan kakak kelas Mars.

Pada acara ini juga orang tua akan dibagikan Kit Orientasi Kelas Mars yang berisi:

  • Kalender akademik
  • Rincian kegiatan semester II
  • Silabus per mata pelajaran

Orang tua mengaku sangat senang dengan kit yang diberikan sehingga dapat melihat proses belajar dan mengetahui tahapan pelajaran yang sedang dipelajari.

Definisi belajar serta cara stimulasi di rumah juga menjadi pembahasan yang menarik. Stimulasi dan cara membangun komunikasi dengan anak dijelaskan melalui contoh membaca jurnal kelas Mars. Perhatian penuh, tatapan hangat, intonasi suara, menganali emosi anak, menjadi catatan saat membaca jurnal dan membuka percakapan dengan anak.

Pembahasan membaca jurnal merupakan slide terakhir, sejenak menikmati hidangan yang disajikan, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama dari Bunda Varo. Beliau menceritakan anaknya yang sering bertanya dan menyakan pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Pertanyaan itu sering kali muncul dan tidak mudah untuk dihentikan.

Kak Wiwik menjawab bahwa jiika anak seringkali bertanya kepada Ayah Bunda, menunjukkan ia terbuka dan percaya kepada Ayah Bunda. Saya juga menambahkan jika pertanyaan terlalu luas dan sulit dijawab bisa diarahkan pada pertanyaan yang lebih spesifik, konkret dan mudah dibahas.

Bu Inul mama dari Mutiara berbagi cerita. Ia mengatakan ke empat anaknya bersekolah di Tetum dan salah satunya Mutiara di kelas Mars. Saat ini kelas Mars banyak pekerjaan rumah (PR), sehingga sepulang sekolah Mutiara selalu bergegas mengerjakan PR. Melihat Mutiara yang baru saja sampai di rumah, dan dirasa perlu istirahat Bu Inul meminta Mutiara istirahat, dan dapat mengerjakan PR tenang.

Cerita kedua dari Bu Inul juga ia mengatakan sama seperti halnya Bunda-Bunda lainnya mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari 4 anaknya yang sering kali ia tidak tahu jawabnnya. Bu Inul akan memilih menjawab “Mama Tidak Tahu”, dan anak-anak beliau biasanya tersenyum. Setelah ada waktu baru Bu Inul mencari informasi bersama anaknya dari google atau sumber lainnya.

Saya dan Kak Wiwik juga menanggapi Kakak di Tetum juga akan mengatakan tidak tahu jika ada pertanyaan yang belum dapat dijawab, dan kakak berjanji mencari tahu atau mengajak anak-anak untuk mencari jawabnnya bersama.

Ayah Mayra tertarik dengan pernyataan Bu Inul yang memiliki 4 anak. Beliau mengatakan anak saya memang hanya 1 tapi tidak lebih udah juga dibandingkan 4 anak seperti bu Inul. Ayah Mayra berkomentar tentang kegiatan hari banyak tips-tips yang didapat untuk menyikapi anak, selain di Tetum beliau juga sering kali bertemu pakar-pakar pendidikan atau psikolog anak. Beliau mengatakan untuk penerapannya langsung sebagai orang tua itu bukan hal yang mudah.

“Saya banyak banget dapet tips-tips begitu, tapi tetep saja kalau mengahadapi anak langsung terkadang suka lupa”. Ucap Ayah Mayra sambil tertawa riang.

Sambutan tawa renyah juga mewarnai ruang kelas itu, dan suasana semakin hangat. Diskusi semakin seru, ditambah suasana eksotis tiupan semilir angin dan listrik mati sehingga cahaya yang masuk adalah cahaya alami matahari dari sela-sela jendela ruangan.

Ayah Mayra juga mengatakan senang sekali dengan pembelajaran di Tetum, dan melihat semua anak di Tetum tenang, dan baik. Nilai-nilai itu begitu melekat pada anak-anak Tetum. Berbeda sekali dengan dunia luar yang terdapat banyak karakter dan tidak terkecuali karakter negatif, seperti bicara kasar, tayangan televisi, informasi dari telepon pintar yang dapat memuat informasi negatif.

Sebagai orang tua Ayah Mayra mengaku telah membatasi, mengawasi, dan menanamkan nilai-nilai yang sama dengan di sekolah, hanya saja beliau menngatakan tidak bisa menghindari dunia luar, dan sering kali anak melihat langsung tanpa dapat dicegah atau dengan kata lain terlanjur basah.

Kak Wiwik menjelaskan pembelajaran di Tetum menyiapkan anak-anak dari dalam dirinya sendiri, jika ia sudah kuat dari dirinya sendiri tentu ia akan siap menjalani dunia luar.

Saya menambahkan, seperti yang dikatakan Kak Wiwik, yang kita tanamkan adalah nilai-nilai positif. Setidaknya dengan dunia luar seperti itu jika anak telah tertanam nilai yang positif ia akan merasa tidak nyaman berada di lingkungan negatif, atau tetap kuat menjaga dirinya sendiri.

Mengenai dunia luar yang begitu banyak hal-hal yang negatif itu memang selalu ada dan tidak dapat dihindari. Yang bisa kita lakukan adalah mengalihkan fokus kita dari hal-hal yang negatif dan selalu fokus dan berpandangan positif.

Mendengar hal itu, Ayah Varo pun mengajukan pertanyaan. “Di luar sana pada kenyataannya banyak orang-orang jahat, anak-anak nakal dan tidak mungkin kita menganggap semua orang baik semua”. Ucap Ayah Varo

Kembali lagi saya menekankan untuk berpandangan positif. Di sekolah memang tidak pernah mengajarkan anak atau terucap “Orang Jahat”, “Anak Nakal”, “Orang Gila”. Sebelum memberi lebel kepada anak lain dengan lebel negatif bisanya sekolah mengajarkan anak-anak untuk merefleksikan diri sendiri, mereka diajak untuk mengenal diri lebih dalam sebelum menilai orang lain.

Ada salah satu Ibu yang mengatakan karena menjadi orang tua tidak ada sekolah yang pasti, dan sama halnya dengan anak, menjadi orang tua juga adalah proses belajar. Selalu manarik datang ke acara sekolah juga tercetus dari salah satu Bunda yang ada.

Waktu semakin maju, acara yang terjadwal selesai pada pukul 11.00 itu sudah membuat jarum jam berputar begitu cepat, dan tidak terasa angka 11 sudah jauh terlewati. Berlanjut pemilihan koordinator kelas dengan mengambil suara terbanyak. Pemilihan ini layaknya pemilihan presiden atau gubernur. Ada 5 calon yang terpilih dan 3 calon mendapat suara terbanyak dengan jumlah yang sama. Terjadi 2 putaran pemilihan kooordinator kelas. Setiap nama calon terpilih suara seru-seruan penyemangat, dan keceriaan selalu berderai riang. Dan akhirnya terpilihlah Mama Lukman sebagai koordinator Kelas Mars.

Terpilihnya Mama Lukman sebagai koordinator kelas, menjadi penutup acara di hari itu.

 

Salam

Nurul Laily Al Arsyadhi