Saat memasuki kelas Antariksa, adik-adik menggambar jurnal hariannya sendiri. Sebelumnya di kelas Langit selama satu tahun mereka menempel gambar yang telah di sediakan oleh kakak di kelasnya.

Dalam membuat jurnal adik-adik melakukan beberapa tahapan. Tiga bulan pertama adik menggambar apa yang dilakukan. Di awal gambar orang masih berbentuk batang, karena mereka baru di tahap menggambar orang utuh dengan kepala, badan, tangan dan kaki. Proses selanjutnya gambar sudah berbentuk, namun belum sesuai tema, tergantung dari imajinasi mereka. Dan proses akhirnya mereka bisa menggambar dengan bentuk dan tema yang sesuai.

Tahapan kedua, selama 3 bulan selanjutnya adik menggambar dan memberi tulisan mengikuti contoh dibawah gambarnya. Seperti ketika membuat paper bag untuk hasil karya, adik menggambar bentuk paper bag dan menulis ‘tas’ dibawah gambarnya.

Memasuki semester genap, di  tahapan ketiga adik menulis mengikuti contoh yang kakak berikan. Mereka menggunakan kertas merah muda yang bergarik. Kami menyebutnya pink paper. Saat menulis adik-adik juga melalui proses: dari yang hurufnya besar-besar atau berhimpitan, hingga akhirnya mengetahui ada huruf yang menulisnya didalam, diatas sampai dibawah garis. Kemudian mereka akhirnya menulis dengan ada spasinya. Diakhir semester genap, kami mengenalkan kepada mereka langsung menulis dibuku tulis, masih dengan menirukan contoh tulisan kakak, sebagai tahapan akhir di kelas Antariksa.

Saat mereka selesai menulis jurnal, beberapa adik langsung mengambil bukunya dan menanyakan “Kak bukunya sudah ditulisin?” maksud mereka sudah ditanda tangan. Jika kakak menjawab “Iya, sudah” lalu mereka memasukkan buku jurnal tersebut kedalam tas mereka.

Adik-adik bangga jika buku jurnalnya sudah di tanda tangani oleh orangtuanya, dan memberitahu teman-temannya. Adik yang lain mengingkapkan “Aku belum ditandatangan kak” ada yang mengatakan “Bunda aku kerja” ada yang mengatakan “Bunda aku pulang malam” jadi belum sempat ditandatangani. Keesokan harinya setelah buku jurnalnya ditandatangani orangtua, adikpun tersenyum.

Ditulis oleh Kak Dewi